Pagi tadi saya menerima email dari
salah seorang peserta SM-3T. Tentang perang batinnya ketika harus menjadi
bagian dari pelaksanaan UN. Pengaduan seperti ini bukan baru sekali ini saya
terima sejak UN diselenggarakan tahun ini.
Prihatin, miris, sedih, kecewa, marah.....campur aduk jadi satu. Entah mau dibawa ke mana bangsa ini ke depan... Bangsa yang telah menimbun berbagai penyakit di seluruh urat nadinya, berakumulasi di semua organnya. Bangsa ini telah menderita sakit kronis, komplikasi berat, dan tinggal menunggu waktu untuk ambruk. Subhanallah.... Semoga Allah menyelamatkan Indonesia .
Inilah cuplikan pengaduan itu, dalam versi aslinya, tanpa melalui proses editing sama sekali. Ada bagian yang sengaja tidak saya tampilkan, bagian yang sungguh sangat tidak pantas untuk dibagikan. Bagian yang membuat hati kita, siapa pun kita, yang peduli akan pentingnya membangun karakter bangsa melalui pendidikan, menjadi sangat amat terluka.
Prihatin, miris, sedih, kecewa, marah.....campur aduk jadi satu. Entah mau dibawa ke mana bangsa ini ke depan... Bangsa yang telah menimbun berbagai penyakit di seluruh urat nadinya, berakumulasi di semua organnya. Bangsa ini telah menderita sakit kronis, komplikasi berat, dan tinggal menunggu waktu untuk ambruk. Subhanallah.... Semoga Allah menyelamatkan Indonesia .
Inilah cuplikan pengaduan itu, dalam versi aslinya, tanpa melalui proses editing sama sekali. Ada bagian yang sengaja tidak saya tampilkan, bagian yang sungguh sangat tidak pantas untuk dibagikan. Bagian yang membuat hati kita, siapa pun kita, yang peduli akan pentingnya membangun karakter bangsa melalui pendidikan, menjadi sangat amat terluka.
Surabaya, 29 April 2012
Wassalam,
LN
Wassalam,
LN
PENGADUANKU TENTANG UN
Ibu, dulu saat aku memilih menjadi
seorang guru. Karena aku ingin masuk surga. Kata guruku dulu, seorang guru akan
menjadi penghuni surga yang pertama. Karena guru adalah orang berjasa. Bahkan
banyak sajak yang mengagungkan jasa guru. Bahkan banyak anak yang ingin mengikuti
jejakku menjadi guru. Namun, baru aku sadari jasa tersebut ternyata memiliki
makna yang sangat luas.
Ibu, sebelum UN berlangsung di
sekolahku, di SMP N 2 Padang Ilalang, Ds. Gersang, Kec. Kerontang, Kab.
Sumbang. Hari itu adalah hari sabtu, tanggal 21 April tepat dengan Hari
Kartini. Kami mengadakan rapat. Rapat yang membahas pelaksanaan UN. Dari rapat
itu, aku ketahui bahwa kami guru mata pelajaran UN diminta untuk mengerjakan
soal UN. Maaf ibu, aku hanyalah orang yang tidak berkuasa. Aku hanyalah manusia
kecil. Manusia yang baru ingin mengenal kehidupan. Anakmu ini hanya bisa diam
saja dirapat itu. Anakmu ini hanya bisa menerima keputusan penguasa.
Ibu, masih teringat jelas pada ingatan
ini. Tepatnya tanggal 21 Mei. Kami berdiri dan mengucap janji. Janji itu
tertulis diatas kertas putih. Pakta Integritas Ujian Nasional. Pakta
yang harus kami taati. Pakta itu bertuliskan:
DALAM RANGKA PELAKSANAAN UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2011/2012,
MAKA KAMI YANG BERTANDA TANGAN DI BAWAH INI, BERKOMITMEN UNTUK
MELAKSANAKANNYA SECARA BAIK DAN BERTANGGUNG JAWAB, DEMI
PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN DI ….., DENGAN INI MENYATAKAN BAHWA:
1. TIDAK AKAN MELAKUKAN KORUPSI, KOLUSI
DAN NEPOTISME,MELAKSANAKAN TUGAS SECARA BERSIH, TRANSPARAN, JUJUR, SELAMA DAN
SESUDAH PELAKSANAAN UJIAN NASIONAL.
2. MENERAPKAN PRINSIP OBJEKTIFITAS, AKUNTABILITAS, DAN PROFESIONALISME PADA SEMUA PROSES PENYELENGGARAAN UJIAN NASIONAL.
3. MENJAGA KEAMANAN PENYELENGGARAAN UJIAN
NASIONAL.
4. MENJAGA KERAHASIAAN BAHAN UJIAN NASIONAL.
5. MENGERAHKAN SEGALA KEMAMPUAN DAN SUMBER DAYA YANG ADA SECARA OPTIMAL UNTUK MEMBERIKAN HASIL YANG DIHARAPKAN.
6. AKAN MELAPORKAN KEPADA PIHAK YANG
BERWAJIB/BERWENANG APABILA MENGETAHUI ADANYA INDIKASI KECURANGAN
DALAM PENYELENGGARAAN UJIAN NASIONAL.
APABILA KAMI MELANGGAR HAL-HAL YANG TELAH KAMI NYATAKAN DALAM
PAKTA INTEGRITAS INI, MAKA KAMI BERSEDIA DIKENAKAN SANKSI
MORAL DAN SANKSI ADMINISTRASI SERTA DITUNTUT GANTI
RUGI DAN PIDANA SESUAI KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG
BERLAKU.
Ibu, anakmu ini hanya manusia kecil.
Anakmu ini takut terhadap hukuman. Anakmu ini juga masih tunduk terhadap
penguasa karena aku tak berkuasa. Anakmu ini baru mengenal hidup. Ibu,
sebenarnya aku ingin seperti penulis-penulis yang lain. Ingin menjadi seorang
sastrawan yang melalui tulisannya dia siap mendekam dipenjara, siap menerima
siksaan, dan siap dikucilkan demi mengungkap sebuah kebobrokan penguasa.
Seorang sastrawan yang berani mengungkapkan kejujuran dan menuliskan ketidak
setujuannya dengan penguasa, Tapi maaf, ibu, anakmu masih takut hukuman. Anakmu
ini hanya bisa mengadu kepada engkau.
Ibu, cobalah engkau tengok pasal 1 dan
pasal 5 pada pakta tersebut. Itulah yang memberanikan kami untuk ingkar pada
janji itu. Pasal itu dianggap oleh penguasa ditempat ini sebagai pasal yang
bertentangan. pasal 1 melarang kami melakukan kecurangan, tapi pasal 5 menuntut
kami untuk membantu bahkan mengerahkan segala kekuatan kami untuk mencapai
hasil yang optimal. Bahkan, aku selalu saja diingatkan oleh penguasa tentang
pasal yang saling bersebrangan itu. Tapi Ibu, aku sebenarnya tahu pasal itu
tidak bertentangan tapi sengaja untuk ditentangkan. Bukankan ini juga sudah
menjadi permainan penguasa, sehingga kata-kata dalam janji itu pun bisa diputar
balikkan dimaknai sesuai kehendak penguasa tersebut demi mencapai keinginannya.
Ibu, akhirnya UN dimulai. Hati
ini menjerit. Tapi jasmani ini tunduk terhadap penguasa.
Ibu, maafkan anakmu ini. Ternyata tidak
hanya aku saja. Teman-temanku juga tunduk pada penguasa. Mereka juga seperti
ku, ibu, baru ingin mengenal hidup. Baru menapaki sebuah jalan baru. Jalan yang
sepertinya tidak berujung. UN tahun ini dinilai lebih berat. Lembar soal terdiri
atas lima paket yang berbeda antara soal satu dengan soal-soal yang lain.
Terpaksa aku dan teman-teman harus berbagi dosa. Kami masing-masing mengerjakan
satu paket. Setelah selesai, melalui via sms kami saling bertukar jawaban. Itu
berlangsung selama empat hari berturut-turut. Selama UN. Guru-guru secara
bergiliran mengerjakan UN sesuai dengan bidangnya masing-masing. Dan tahukan
engkau, Ibu, semuanya aman dan lancar.
Ibu, hanya kepadamu aku berkata jujur
karena engkaulah tempatku mengadu.
Ibu, mungkin ini sudah rencana
penguasa. Jumlah soal UN ternyata sengaja dilebihkan. Setelah lima belas menit
tanda bel dibunyikan seorang guru masuk ke kelas. Dan pengawas UN menyerahkan
lembar soal kepada guru tersebut. Tidak ada kekhawatiran sama sekali diwajahnya
karena ini sudah menjadi rahasia umun dan kehendak pengusa. Polisi juga ada di
sini, ibu. Tapi polisi tersebut hanya duduk tanpa memeriksa apapun. Mereka
hanya makan dan minum di sini. Sebenarnya kami dan mereka pun tahu ada ketidak
beresan tapi lebih baik pura-pura tidak tahu. Menulikan telinga dan membutakan
mata. Melalui jasa guru tersebut soal diantar ke tempat yang telah disiapkan.
Di ruang perpustakaan. Aku mengerjakan satu paket dan dibantu satu guru lagi.
Setelah selesai aku dan teman-teman disekolah yang berbeda saling bertukar
jawaban. Melalui angin kami bertukar jawaban. Jawaban yang telah
terkumpul diserahkan lagi pada guru yang sama yang mengantarkan lembar soal.
Jawaban tersebut lalu dia serahkan kepada pengawas. Dan pengawas dengan lantang
membacakan jawaban tersebut. Tanpa ada kekhawatiran sedikit pun. Ibu, maafkan
anakmu ini. Anakmuu ini masih takut dengan penguasa.
Apakah, ibu, tahu? Bagaimana
siswa-siswaku sebelum dan saat pelaksanaan UN? Hari pertama saja mereka
memegang buku, tapi setelah mereka tahu bahwa pasti akan dibantu, untuk hari
berikutnya hingga mata pelajaran UN yang terakhir, mereka tidak belajar. Mereka
bermain dengan senang hati. Tiada beban pikiran. Bahkan, saat pengerjaan soal
UN aku lihat mereka dengan santai keluar masuk WC, tanpa ada takut waktu akan
berkurang. Tanpa ada kekhawatiran waktu sangat berharga untuk menyelesaikan
soal. Dan Rabu malam siswaku berjoged ria dengan iringan musik disko, tanpa
memikirkan besok masih ada UN.
Ibu, ini adalah kehendak penguasa. Dan
anakmu ini adalah anak yang lemah. Hanya mampu melihat bahkan bicara pun tidak
mampu. Dulu sebelum pelaksanaan UN, para penguasa mengadakan worshop-workshop
untuk membedah kisi-kisi SKL. Para guru UN diminta membuat soal-soal untuk
diujicobakan pada siswa. Tapi baru kini aku sadari semua itu percuma, toh
akhirnya guru yang mengerjakan soal UN. Dan hal itu dilakukan karena penguasa
kebingungan menghabiskan dana, takut kalau dana tersebut hangus atau harus
dikembalikan. Akhirnya terdapat data-data yang sengaja dimanipulasi. Bukankah
ini juga sudah menjadi permainan penguasa juga, Ibu?
Penguasa tidak hanya korupsi uang saja,
Ibu. Bahkan butir soal pun mereka korupsi. Ada salah satu pelajaran yaitu
bahasa Indonesia dua butir soalnya tidak ada yaitu pada paket E53
dan D41. Adakah unsur kesengajaan atas tidak adanya butir soal ini, Ibu? Aku
juga pernah membuat soal untuk Try Out. bahkan dalam waktu yang cukup singkat,
Ibu, H-1 sebelum Try Out. Itu atas perintah penguasa, Ibu. Dan saya
hanya bisa menerimanya. Tapi hasilnya tidak ada butir soal yang hilang. Karena
soal tersebut aku cetak satu dulu, terus aku teliti, dan baru digandakan. Terus
bagaiman butir soal UN bisa hilang, Ibu? Bukankah butir UN telah direncanakan
selama setahun. Pembuatnya pun pasti orang-orang yang cendikiawan. Bahkan pasti
ada panitia khusus untuk meneliti soal-soal UN tersebut. Bagaiman ini, ibu,
kepada siapa lagi aku mengadu selain kepada engkau? Mungkin aduan ini pun hanya
sekedar aduan. Budaya ini telah mewaris, Ibu. Mendarah daging. Seperti gosip
artis. Jika sedang in-innya maka akan diputar terus, tapi setelah ada yang baru
lagi dan lebih menarik, gosip itu pun hilang ikut terbawa angin. Seperti UN
kali ini orang-orang berusaha mencari kecurangan UN, tapi tahun depan pun akan
terulang lagi. Kecurangan pasti ada. Dan tak ada yang menginsyafi kesalahan
masing-masing. Terulang dan terulang seperti jalan yang tak berujung. Aku tahu
Ibu, di atas sana masih ada penguasa yang arif. Masih ada penguasa yang
berusaha agar UN tahun depan tidak ada kecurangan atau jawaban soal yang
beredar. Tapi sepertinya setan lebih licik dan para penguasa telah terlena oleh
bujukan setan.
Sumbang, 27 April 2012
0 komentar
Posting Komentar
Silakan tulis tanggapan Anda di sini, dan terima kasih atas atensi Anda...