Pages

Minggu, 29 April 2012

Pengaduan tentang UN


Pagi tadi saya menerima email dari salah seorang peserta SM-3T. Tentang perang batinnya ketika harus menjadi bagian dari pelaksanaan UN. Pengaduan seperti ini bukan baru sekali ini saya terima sejak UN diselenggarakan tahun ini.

Prihatin, miris, sedih, kecewa, marah.....campur aduk jadi satu. Entah mau dibawa ke mana bangsa ini ke depan... Bangsa yang telah menimbun berbagai penyakit di seluruh urat nadinya, berakumulasi di semua organnya. Bangsa ini telah menderita sakit kronis, komplikasi berat, dan tinggal menunggu waktu untuk ambruk. Subhanallah.... Semoga Allah menyelamatkan Indonesia .

Inilah cuplikan pengaduan itu, dalam versi aslinya, tanpa melalui proses editing sama sekali. Ada bagian yang sengaja tidak saya tampilkan, bagian yang sungguh sangat tidak pantas untuk dibagikan. Bagian yang membuat hati kita, siapa pun kita, yang peduli akan pentingnya membangun karakter bangsa melalui pendidikan, menjadi sangat amat terluka.

Surabaya, 29 April 2012

Wassalam,
LN

PENGADUANKU TENTANG UN
Ibu, dulu saat aku memilih menjadi seorang guru. Karena aku ingin masuk surga. Kata guruku dulu, seorang guru akan menjadi penghuni surga yang pertama. Karena guru adalah orang berjasa. Bahkan banyak sajak yang mengagungkan jasa guru. Bahkan banyak anak yang ingin mengikuti jejakku menjadi guru. Namun, baru aku sadari jasa tersebut ternyata memiliki makna yang sangat luas.  
Ibu, sebelum UN berlangsung di sekolahku, di SMP N 2 Padang Ilalang, Ds. Gersang, Kec. Kerontang, Kab. Sumbang. Hari itu adalah hari sabtu, tanggal 21 April tepat dengan Hari Kartini. Kami mengadakan rapat. Rapat yang membahas pelaksanaan UN. Dari rapat itu, aku ketahui bahwa kami guru mata pelajaran UN diminta untuk mengerjakan soal UN. Maaf ibu, aku hanyalah orang yang tidak berkuasa. Aku hanyalah manusia kecil. Manusia yang baru ingin mengenal kehidupan. Anakmu ini hanya bisa diam saja dirapat itu. Anakmu ini hanya bisa menerima keputusan penguasa.
Ibu, masih teringat jelas pada ingatan ini. Tepatnya tanggal 21 Mei. Kami berdiri dan mengucap janji. Janji itu tertulis diatas kertas putih. Pakta Integritas Ujian Nasional.  Pakta yang harus kami taati. Pakta itu bertuliskan:
DALAM RANGKA PELAKSANAAN UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2011/2012, MAKA KAMI YANG BERTANDA TANGAN DI BAWAH INI, BERKOMITMEN UNTUK MELAKSANAKANNYA  SECARA BAIK DAN BERTANGGUNG  JAWAB, DEMI PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN DI ….., DENGAN INI MENYATAKAN BAHWA:
1.      TIDAK AKAN MELAKUKAN  KORUPSI, KOLUSI DAN NEPOTISME,MELAKSANAKAN TUGAS SECARA BERSIH, TRANSPARAN, JUJUR, SELAMA DAN SESUDAH PELAKSANAAN UJIAN NASIONAL.
2.      MENERAPKAN PRINSIP  OBJEKTIFITAS, AKUNTABILITAS, DAN PROFESIONALISME PADA SEMUA PROSES PENYELENGGARAAN UJIAN NASIONAL.
3.      MENJAGA KEAMANAN PENYELENGGARAAN UJIAN NASIONAL.
4.      MENJAGA KERAHASIAAN BAHAN UJIAN NASIONAL.
5.      MENGERAHKAN SEGALA KEMAMPUAN DAN SUMBER DAYA YANG ADA SECARA OPTIMAL UNTUK MEMBERIKAN HASIL YANG DIHARAPKAN.
6.      AKAN MELAPORKAN KEPADA PIHAK YANG BERWAJIB/BERWENANG APABILA MENGETAHUI ADANYA  INDIKASI KECURANGAN DALAM PENYELENGGARAAN UJIAN NASIONAL.
APABILA KAMI MELANGGAR HAL-HAL YANG TELAH KAMI NYATAKAN  DALAM PAKTA  INTEGRITAS  INI, MAKA KAMI BERSEDIA DIKENAKAN SANKSI MORAL DAN SANKSI ADMINISTRASI  SERTA  DITUNTUT  GANTI RUGI DAN PIDANA SESUAI  KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN  YANG BERLAKU.
Ibu, anakmu ini hanya manusia kecil. Anakmu ini takut terhadap hukuman. Anakmu ini juga masih tunduk terhadap penguasa karena aku tak berkuasa. Anakmu ini baru mengenal hidup. Ibu, sebenarnya aku ingin seperti penulis-penulis yang lain. Ingin menjadi seorang sastrawan yang melalui tulisannya dia siap mendekam dipenjara, siap menerima siksaan, dan siap dikucilkan demi mengungkap sebuah kebobrokan penguasa. Seorang sastrawan yang berani mengungkapkan kejujuran dan menuliskan ketidak setujuannya dengan penguasa, Tapi maaf, ibu, anakmu masih takut hukuman. Anakmu ini hanya bisa mengadu kepada engkau.
Ibu, cobalah engkau tengok pasal 1 dan pasal 5 pada pakta tersebut. Itulah yang memberanikan kami untuk ingkar pada janji itu. Pasal itu dianggap oleh penguasa ditempat ini sebagai pasal yang bertentangan. pasal 1 melarang kami melakukan kecurangan, tapi pasal 5 menuntut kami untuk membantu bahkan mengerahkan segala kekuatan kami untuk mencapai hasil yang optimal. Bahkan, aku selalu saja diingatkan oleh penguasa tentang pasal yang saling bersebrangan itu. Tapi Ibu, aku sebenarnya tahu pasal itu tidak bertentangan tapi sengaja untuk ditentangkan. Bukankan ini juga sudah menjadi permainan penguasa, sehingga kata-kata dalam janji itu pun bisa diputar balikkan dimaknai sesuai kehendak penguasa tersebut demi mencapai keinginannya.
Ibu, akhirnya UN dimulai.  Hati ini menjerit. Tapi jasmani ini tunduk terhadap penguasa.
Ibu, maafkan anakmu ini. Ternyata tidak hanya aku saja. Teman-temanku juga tunduk pada penguasa. Mereka juga seperti ku, ibu, baru ingin mengenal hidup. Baru menapaki sebuah jalan baru. Jalan yang sepertinya tidak berujung. UN tahun ini dinilai lebih berat. Lembar soal  terdiri atas lima paket yang berbeda antara soal satu dengan soal-soal yang lain. Terpaksa aku dan teman-teman harus berbagi dosa. Kami masing-masing mengerjakan satu paket. Setelah selesai, melalui via sms kami saling bertukar jawaban. Itu berlangsung selama empat hari berturut-turut. Selama UN. Guru-guru secara bergiliran mengerjakan UN sesuai dengan bidangnya masing-masing. Dan tahukan engkau, Ibu, semuanya aman dan lancar.
Ibu, hanya kepadamu aku berkata jujur karena engkaulah tempatku mengadu.
Ibu, mungkin ini sudah rencana penguasa. Jumlah soal UN ternyata sengaja dilebihkan. Setelah lima belas menit tanda bel dibunyikan seorang guru masuk ke kelas. Dan pengawas UN menyerahkan lembar soal kepada guru tersebut. Tidak ada kekhawatiran sama sekali diwajahnya karena ini sudah menjadi rahasia umun dan kehendak pengusa. Polisi juga ada di sini, ibu. Tapi polisi tersebut hanya duduk tanpa memeriksa apapun. Mereka hanya makan dan minum di sini. Sebenarnya kami dan mereka pun tahu ada ketidak beresan tapi lebih baik pura-pura tidak tahu. Menulikan telinga dan membutakan mata. Melalui jasa guru tersebut soal diantar ke tempat yang telah disiapkan. Di ruang perpustakaan. Aku mengerjakan satu paket dan dibantu satu guru lagi. Setelah selesai aku dan teman-teman disekolah yang berbeda saling bertukar jawaban. Melalui angin  kami bertukar jawaban. Jawaban yang telah terkumpul diserahkan lagi pada guru yang sama yang mengantarkan lembar soal. Jawaban tersebut lalu dia serahkan kepada pengawas. Dan pengawas dengan lantang membacakan jawaban tersebut. Tanpa ada kekhawatiran sedikit pun. Ibu, maafkan anakmu ini. Anakmuu ini masih takut dengan penguasa.
Apakah, ibu, tahu? Bagaimana siswa-siswaku sebelum dan saat pelaksanaan UN? Hari pertama saja mereka memegang buku, tapi setelah mereka tahu bahwa pasti akan dibantu, untuk hari berikutnya hingga mata pelajaran UN yang terakhir, mereka tidak belajar. Mereka bermain dengan senang hati. Tiada beban pikiran. Bahkan, saat pengerjaan soal UN aku lihat mereka dengan santai keluar masuk WC, tanpa ada takut waktu akan berkurang. Tanpa ada kekhawatiran waktu sangat berharga untuk menyelesaikan soal. Dan Rabu malam siswaku berjoged ria dengan iringan musik disko, tanpa memikirkan besok masih ada UN.
Ibu, ini adalah kehendak penguasa. Dan anakmu ini adalah anak yang lemah. Hanya mampu melihat bahkan bicara pun tidak mampu. Dulu sebelum pelaksanaan UN, para penguasa mengadakan worshop-workshop untuk membedah kisi-kisi SKL. Para guru UN diminta membuat soal-soal untuk diujicobakan pada siswa. Tapi baru kini aku sadari semua itu percuma, toh akhirnya guru yang mengerjakan soal UN. Dan hal itu dilakukan karena penguasa kebingungan menghabiskan dana, takut kalau dana tersebut hangus atau harus dikembalikan. Akhirnya terdapat data-data yang sengaja dimanipulasi. Bukankah ini juga sudah menjadi permainan penguasa juga, Ibu?
Penguasa tidak hanya korupsi uang saja, Ibu. Bahkan butir soal pun mereka korupsi. Ada salah satu pelajaran yaitu bahasa Indonesia  dua butir soalnya tidak ada yaitu pada paket E53 dan D41. Adakah unsur kesengajaan atas tidak adanya butir soal ini, Ibu? Aku juga pernah membuat soal untuk Try Out. bahkan dalam waktu yang cukup singkat, Ibu, H-1 sebelum Try Out.  Itu atas perintah penguasa, Ibu. Dan saya hanya bisa menerimanya. Tapi hasilnya tidak ada butir soal yang hilang. Karena soal tersebut aku cetak satu dulu, terus aku teliti, dan baru digandakan. Terus bagaiman butir soal UN bisa hilang, Ibu? Bukankah butir UN telah direncanakan selama setahun. Pembuatnya pun pasti orang-orang yang cendikiawan. Bahkan pasti ada panitia khusus untuk meneliti soal-soal UN tersebut. Bagaiman ini, ibu, kepada siapa lagi aku mengadu selain kepada engkau? Mungkin aduan ini pun hanya sekedar aduan. Budaya ini telah mewaris, Ibu. Mendarah daging. Seperti gosip artis. Jika sedang in-innya maka akan diputar terus, tapi setelah ada yang baru lagi dan lebih menarik, gosip itu pun hilang ikut terbawa angin. Seperti UN kali ini orang-orang berusaha mencari kecurangan UN, tapi tahun depan pun akan terulang lagi. Kecurangan pasti ada. Dan tak ada yang menginsyafi kesalahan masing-masing. Terulang dan terulang seperti jalan yang tak berujung. Aku tahu Ibu, di atas sana masih ada penguasa yang arif. Masih ada penguasa yang berusaha agar UN tahun depan tidak ada kecurangan atau jawaban soal yang beredar. Tapi sepertinya setan lebih licik dan para penguasa telah terlena oleh bujukan setan.

Sumbang, 27 April 2012

0 komentar

Posting Komentar

Silakan tulis tanggapan Anda di sini, dan terima kasih atas atensi Anda...