Mobilitas yang tinggi membuat saya harus sering berurusan dengan toilet
bandara. Mulai dari toilet yang joroknya mirip ponten umum di tempat
rekreasi yang belum jadi, atau toilet yang sangat bersih dengan air kran
yang otomatis mancur sendiri bila tangan kita dekatkan. Bagaimana
tidak. Saya 'mbolang' mulai dari daerah 3T yang petugas bandaranya saja
harus teriak-teriak bila waktunya naik pesawat, sampai ke kota-kota
besar yang kita bisa menyelonjorkan kaki sambil menikmati segelas kopi
panas di lounge-nya yang nyaman dan sejuk.
Berbagai macam
perilaku para pengguna toilet menjadi perhatian tersendiri bagi saya.
Ada orang yang suka meninggalkan toilet dalam keadaan tutup kloset
tertutup, ada yang suka membuat lantai menjadi basah kuyup, ada yang
suka meninggalkan bekas kotor(an) di dalamnya, ada yang masuk toilet
hanya untuk bercermin dan membetulkan tata rias wajah dan rambutnya.
Yang jelas, saya tidak pernah menemui orang berkumpul di toilet untuk
arisan atau untuk rapat dinas. Hehe.
Kadang-kadang, saya menemui
orang dengan perilakunya yang menggelitik hati. Seperti yang terjadi di
suatu siang, beberapa waktu yang lalu. Saya sedang ada di toilet Bandara
Juanda. Seorang wanita cantik dengan perhiasan gemerlap masuk. Mungkin
karena penjaga toilet kecapekan membersihkan kloset dan lantai, begitu
perempuan itu masuk, dia berpesan, "Bu, jangan sampai basah ya Bu,
lantainya...."
"Lho gimana nggak basah mbak, orang saya mau kencing." Logat ibu itu khas sekali, medok, dari daerah tertentu.
"Kan bisa di kloset Bu, bersih-bersihnya, jadi tidak membasahi lantai."
"Lho saya orang Islam, Mbak, kalau bersih-bersih nggak pakai banyak air itu nggak suci."
Penjaga berjilbab itu diam. Saya menatapnya, iba. Dia juga menatap saya.
"Saya
lho juga Islam, Bu." Katanya pada saya. "Lha apa dikiranya orang di
bandara ini tidak ada yang Islam?" Tanyanya, tanpa bermaksud mendapatkan
jawaban.
"Ya, sabar ya, Mbak... Namanya juga ngurusin banyak orang."
Hibur saya sambil menyelipkan selembar uang kertas ke genggamannya,
sebelum berlalu dari tempat itu.
Lain waktu, saat saya masuk ke
toilet, saya kaget karena lantai toilet itu basah sampai di bagian
luarnya. Dua orang ibu yang baru keluar dari toilet-- dilihat dari
busananya, nampaknya mereka akan berangkat umroh--minta maaf pada
penjaga.
"Mbak, maaf yo, teles kabeh. Lha gak onok kesete. Ke'ono keset, Mbak, ben gak teles kabeh. Kamar mandi kok gak onok kesete."
Prang.
Penjaga itu membuang tisu kotor di tempat sampah staniless steel dengan
kasar. Nampaknya dia sedang melampiaskan kejengkelannya karena dua
orang itu telah menambah pekerjaannya untuk ngepel.
Begitulah.
Menggunakan toilet memang harus diajarkan. Kalau ada saudara kita yang
akan bepergian naik pesawat dan hal itu merupakan pengalaman pertama
dia, ada baiknya kita memberi tahu bagaimana menggunakan toilet bandara.
Pelajaran menggunakan toilet juga perlu diberikan oleh para
pemilik biro perjalanan, termasuk biro perjalanan umroh dan haji.
Perilaku sebagian calon jamaah umroh dan haji itu begitu memprihatinkan.
Maklum, mungkin ini pengalaman pertama mereka naik pesawat dan
mengunjungi bandara.
Twin Hotel Surabaya, 13 Juni 2014
Wassalam,
LN
0 komentar
Posting Komentar
Silakan tulis tanggapan Anda di sini, dan terima kasih atas atensi Anda...