Pages

Jumat, 13 Juni 2014

Perilaku di Toilet

Mobilitas yang tinggi membuat saya harus sering berurusan dengan toilet bandara. Mulai dari toilet yang joroknya mirip  ponten umum di tempat rekreasi yang belum jadi, atau toilet yang sangat bersih dengan air kran yang otomatis mancur sendiri bila tangan kita dekatkan. Bagaimana tidak. Saya 'mbolang' mulai dari daerah 3T yang petugas bandaranya saja harus teriak-teriak bila waktunya naik pesawat, sampai ke kota-kota besar yang kita bisa menyelonjorkan kaki sambil menikmati segelas kopi panas di lounge-nya yang nyaman dan sejuk.

Berbagai macam perilaku para pengguna toilet menjadi perhatian tersendiri bagi saya. Ada orang yang suka meninggalkan toilet dalam keadaan tutup kloset tertutup, ada yang suka membuat lantai menjadi basah kuyup, ada yang suka meninggalkan bekas kotor(an) di dalamnya, ada yang masuk toilet hanya untuk bercermin dan membetulkan tata rias wajah dan rambutnya. Yang jelas, saya tidak pernah menemui orang berkumpul di toilet untuk arisan atau untuk rapat dinas. Hehe.

Kadang-kadang, saya menemui orang dengan perilakunya yang menggelitik hati. Seperti yang terjadi di suatu siang, beberapa waktu yang lalu. Saya sedang ada di toilet Bandara Juanda. Seorang wanita cantik dengan perhiasan gemerlap masuk. Mungkin karena penjaga toilet kecapekan membersihkan kloset dan lantai, begitu perempuan itu masuk, dia berpesan, "Bu, jangan sampai basah ya Bu, lantainya...."
"Lho gimana nggak basah mbak, orang saya mau kencing." Logat ibu itu khas sekali, medok, dari daerah tertentu.
"Kan bisa di kloset Bu, bersih-bersihnya, jadi tidak membasahi lantai."
"Lho saya orang Islam, Mbak, kalau bersih-bersih nggak pakai banyak air itu nggak suci."

Penjaga berjilbab itu diam. Saya menatapnya, iba. Dia juga menatap saya.

"Saya lho juga Islam, Bu." Katanya pada saya. "Lha apa dikiranya orang di bandara ini tidak ada yang Islam?" Tanyanya, tanpa bermaksud mendapatkan jawaban.
"Ya, sabar ya, Mbak... Namanya juga ngurusin banyak orang." Hibur saya sambil menyelipkan selembar uang kertas ke genggamannya, sebelum berlalu dari tempat itu.

Lain waktu, saat saya masuk ke toilet, saya kaget karena lantai toilet itu basah sampai di bagian luarnya. Dua orang ibu yang baru keluar dari toilet-- dilihat dari busananya, nampaknya mereka akan berangkat umroh--minta maaf pada penjaga.
"Mbak, maaf yo, teles kabeh. Lha gak onok kesete. Ke'ono keset, Mbak, ben gak teles kabeh. Kamar mandi kok gak onok kesete."

Prang. Penjaga itu membuang tisu kotor di tempat sampah staniless steel dengan kasar. Nampaknya dia sedang melampiaskan kejengkelannya karena dua orang itu telah menambah pekerjaannya untuk ngepel.

Begitulah. Menggunakan toilet  memang harus diajarkan. Kalau ada saudara kita yang akan bepergian naik pesawat dan hal itu merupakan pengalaman pertama dia, ada baiknya kita memberi tahu bagaimana menggunakan toilet bandara.

Pelajaran menggunakan toilet juga perlu diberikan oleh para pemilik biro perjalanan, termasuk biro perjalanan umroh dan haji. Perilaku sebagian calon jamaah umroh dan haji itu begitu memprihatinkan. Maklum, mungkin ini pengalaman pertama mereka naik pesawat dan mengunjungi bandara.

Twin Hotel Surabaya, 13 Juni 2014

Wassalam,
LN 

0 komentar

Posting Komentar

Silakan tulis tanggapan Anda di sini, dan terima kasih atas atensi Anda...