Sore sudah
jatuh ketika saya keluar dari lobi hotel Grand Candi, Semarang. Waktu
menunjukkan pukul 17.00. Dengan menumpang taksi, saya menuju bandara. Pukul
18.30 nanti, saya akan terbang menumpang Sriwijaya Air, pulang ke Surabaya.
Ini
perjalanan di luar rencana. Seharusnya kegiatan di Semarang dijadwalkan sampai
tanggal 2 Juni besok, dan malam ini adalah finalisasi reviu instrumen ujian
tulis PPG Kolaboratif. Namun karena 16 'pakar' yang diundang untuk mereviu
instrumen ini memiliki kecepatan bekerja yang berbeda, maka orientasi kegiatan
lebih pada output, bukan waktu. Tugas mereviu dilakukan secara mandiri, dan
siapa pun yang sudah selesai, bisa pulang lebih dulu. Namun pada umumnya, tidak
ada yang mampu menyelesaikan sebelum jadwal yang sudah ditentukan, bahkan
kadang ada yang melewati jadwal, alias pekerjaannya belum selesai. Kecuali
orang-orang yang sedang beruntung. Seperti saya.
Ya, saya
benar-benar menjadi orang yang beruntung kali ini. Saya kebagian mereviu
instrumen bidang tata boga, sesuai dengan spesialisasi saya. Instrumen yang
saya reviu itu, sudah lumayan rapi. Meski tetap harus melakukan pembenahan di
sana-sini, namun, dibandingkan dengan instrumen yang ada pada teman-teman
reviewer yang lain, butir-butir soal yang harus saya reviu, sebagian besar
sudah baik.
Kebetulan
saya kenal penyusunnya. Teman dosen dari UNY dan UNJ, keduanya asli orang Tata
Boga, jadi paham bidang studi. Mereka lulus S2 dan S3 dalam bidang pendidikan,
bahkan salah satu di antaranya lulusan doktor bidang penelitian dan evaluasi.
Klop sudah. Bidang studi paham, pedagoginya dapat, dan evaluasinya kena.
Sejak
kemarin sore, begitu saya membaca butir-butir instrumen secara sepintas, saya
memperkirakan kalau saya tidak perlu memerlukan dua hari dua malam untuk
membenahinya. Rencana saya semula yang akan langsung ke Yogya, karena tanggal
2-3 Juni saya dijadwalkan untuk melakukan monev PPG di UNY, mungkin bisa saya
atur ulang. Saya akan pulang Minggu malam ke Surabaya, dan paginya baru
berangkat lagi ke Yogya. Dari pada saya naik travel dari Semarang ke Yogya
dengan waktu tempuh sekitar empat jam, rasanya pulang ke Surabaya jauh lebih
dekat dibanding jarak Semarang-Yogya.
Menjelang
siang, ketika saya sudah menyelesaikan 90 persen tugas saya, saya menelepon Mas
Nardi, minta dipesankan tiket pesawat ke Surabaya untuk penerbangan sore.
Sekaligus juga pesan untuk penerbangan dari Surabaya ke Yogya besok pagi.
Mungkin bagi
sebagian orang, betapa melelahkannya perjalanan saya. Beberapa minggu ini,
jadwal tugas keluar kota begitu padat. Berderet-deret sampai saya tidak lagi
bisa menikmati tanggal-tanggal merah yang berkali-kali menghiasi kalender,
termasuk juga libur akhir pekan. Dengan kondisi seperti itu, sebenarnya, untuk
saat ini, mungkin saya lebih baik naik travel ke Yogya, semalam istirahat di
Yogya, dan besok bisa langsung beraktivitas di UNY, tanpa perlu bangun
pagi-pagi dan terburu-buru mengejar pesawat.
Namun saya
akan kehilangan beberapa jam yang sebenarnya bisa saya dapatkan untuk bisa
bersama keluarga. Beberapa jam itu, betapa berharganya. Ya, dalam kondisi
aktivitas yang sedemikian padat, ada sesuatu yang sepertinya terenggut dari
hari-hari saya. Berkumpul bersama keluarga. Bersantai di rumah, nonton TV,
makan bersama, pulang kampung, nge-mall, nonton film, bersepeda, memasak,
membersihkan taman...
Saya kangen
itu semua. Dalam segala keterbatasan saya, dalam segala kepadatan tugas-tugas
saya, saya selalu berjuang untuk bisa mendapatkan kesempatan itu. Ternyata saya
bukan siapa-siapa tanpa keluarga. Ternyata saya begitu lelahnya ketika
kesempatan bertemu keluarga terenggut dari hari-hari saya. Saya rindu, saya
kangen, saya ingin pulang....
Ya Tuhan,
beri kekuatan lahir dan batin, perlindungan lahir dan batin, kesehatan lahir
dan batin, untuk saya, anak dan suami saya, seluruh keluarga besar saya.
Berkahi setiap langkah kami, tuntunlah kami ke jalan yang senantiasa Engkau
ridhoi....
Semarang, 1
Juni 2014. 18.21.
Wassalam,
LN