Pages

Kamis, 15 Mei 2014

Nasi Pecel Tempe Kepleh

Pagi ini saya seperti orang mau lebaran. Setelah berminggu-minggu dihajar kesibukan dan banyak kegiatan di luar kota, saya menyambut liburan Waisak ini dengan penuh suka cita. Seolah-olah sayalah yang punya Waisak. Bahkan sejak tadi malam saya sudah menyanyikan lagu sorak-sorak bergembira dan berteriak-teriak "horee....horeee.....besok liburrrr....yes, yes, yes!"

Begitu bangun pagi, salat subuh berjamaah, Mas Ayik langsung menyiapkan sepeda. Dua seli (sepeda lipat) warna putih, segera parkir di teras. Saya juga bersiap. Tanpa bikin jus buah seperti biasa. Tanpa menggoreng tempe, masak balado terong dan omelette. Apa lagi menyapu, mengepel, mencuci piring....oh tidakkkk. Pokoknya pagi ini saya tidak mau itu semua. Saya mau bersepeda, makan di luar, bersenang-senang. Masa bodo dengan piring kotor dan rumah yang amburadul. Bisa diurus nanti. Hehe.

Kami berdua keluar dari rumah setelah pamit Arga. Pagi ini Arga ada acara ke Taman Safari bersama teman-temannya. Mereka pergi semobil, bensinnya urunan, makannya urunan. Seperti biasa, Arga menyiapkan seperangkat alat fotografinya. Ranselnya penuh padat. Seperti fotografer profesional. Koyok iyo-iyo'a....

Meski waktu belum pukul 06.00, Taman Jangkar di samping rumah sudah ramai. Anak-anak kecil dan orang tua memenuhi setiap sudut. Juga beberapa rombong penjual makanan jajanan. Tapi tujuan kami tentu saja bukan ke Taman Jambangan Karah itu (disingkat Jangkar). Terlalu dekat. Jadi ke mana? Ke mana lagi kalau tidak ke Masjid Al-Akbar. Ya, Masjid Agung Surabaya atau MAS. Oh, rasanya sudah bertahun-tahun tidak mengunjungi masjid yang dikelilingi oleh berbagai macam makanan itu. Bersepeda oke, kuliner yes.

Semanggi. Horeee....akhirnya kami makan semanggi. Sepincuk cukup. Dengan segelas jus jeruk. Murni, buah jeruk asli. Jeruk pacitan itu tuh, yang biasanya dipotong-potong untuk dimakan segar. Saat ini memang banyak penjual jus jeruk pacitan itu. Segelas Rp. 8.000,-. Lumayan, daripada memeras sendiri.

Kenyang makan semanggi dan jus jeruk, kami bersepeda lagi mengelilingi Masjid Agung. Satu-dua putaran cukuplah. Mas Ayik pagi ini harus segera bergabung dengan para bapak warga perumahan, kerja bakti. Saya sendiri juga musti beres-beres dapur, kamar, dan juga buku-buku.

Tapi, olala.... Baru nggowes beberapa puluh meter dari kawasan Masjid Agung, di pinggir jalan sisi kiri ada penjual nasi pecel. Nasi Pecel Tempe Kepleh Ponorogo. Siapa pun orang asli Ponorogo, pasti tahu apa itu pecel tempe kepleh. Ya, betul. Nasi pecel yang lauknya tempe goreng setengah matang. Kepleh, tidak keras, tidak renyah. Tempe kepleh itu, kalau sudah ketemu temannya, yaitu nasi pecel, wow, rasanya.....lezat poll.

"Mau?" Tanya Mas Ayik seperti tahu pikiran saya.
"Kan sudah makan semanggi." Jawab saya, pura-pura sih. 
"Semanggi kan sayuran. Belum ada karbohidratnya." 
Kami pun menghentikan sepeda. Duduk di kursi plastik merah, di pinggir jalan. Memesan dua porsi pecel tempe kepleh. Juga tambah lauk lento. 

Begitu nasi pecel pesanan kami ada di tangan, wow.....ini mah Ponorogo banget. Nasi putihnya, kulupannya, sambalnya, tempe keplehnya, lentonya, rempeyek terinya...hmmm.... 

Di Surabaya, pecel ponorogo banyak. Tapi yang "monorogoni", tidak banyak. Pecel ponorogo, cembahnya tidak pernah pakai cambah panjang, selalu cambah pendek. Sambalnya tidak terlalu manis, pedasnya terasa. Lauknya yang khas tempe goreng, lento dan trimbil (teri kambil, kambil artinya kelapa). Juga berbagai pilihan lauk yang lain seperti babat, iso, paru, pelo ati, lidah,  ayam, telur asin. Tapi yang saya paling suka tiga yang terdepan: tempe, lento dan trimbil.

Selesai makan, kami kembali mengayuh sepeda. Masih ada sekitar tiga kilometer untuk mencapai rumah. Jalan menanjak di jembatan Kebonsari membantu membuang lebih banyak kalori. Hah hah hah.....nafas ngos-ngosan. 

Horeeee, akhirnya sampai juga di rumah. Sepeda kami parkir, helm kami gantung. Mas Ayik langsung keplas ikut kerja bakti. Saya langsung berkutat dengan proyek saya, korah-korah, nyapu-nyapu, bersih-bersih, koreksi-koreksi tugas dan UTS, bikin soal, dan...... Ya sudah, mari kembali ke rutinitas.... Cukuplah refreshing pagi ini. Setumpuk pekerjaan menantiiiii....hiks.

Selamat merayakan Waisak.


Surabaya, 15 Mei 2014

Wassalam,
LN

0 komentar

Posting Komentar

Silakan tulis tanggapan Anda di sini, dan terima kasih atas atensi Anda...