Pages

Sabtu, 10 Mei 2014

Sorong 6: Ke Raja Ampat

Pagi ini adalah acara puncak itu: upacara Hardiknas, di alun-alun Aimas, alun-alun Kabupaten Sorong. Tentu saja Mendikbud dan semua rombongannya ada di sana. Saya, seperti biasa, tidak betah hanya duduk. Setelah menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, saya beringsut mendekati kerumunan wartawan yang ada di sekeliling panggung besar. Ikut memotret-motret apa pun pertunjukan yang digelar di atas panggung, termasuk sambutan demi sambutan. Saat seorang ajudan Mendikbud melihat saya, kebetulan dia mengenali saya, dia menggeser tubuhnya dan menyilakan saya berdiri di depannya. Saya tersenyum dan mengucapkan terima kasih.

Semalam, saya tidak bisa seleluasa ini. Semalam, di Rumah Makan Aquarius, digelar acara Silaturahim Mendikbud dengan Peserta SM-3T Wilayah Papua dan Papua Barat, sekaligus penganugerahan Rekor MURI kepada Mendikbud dan Dirjen Dikti, untuk pengiriman 7.962 Sarjana Pendidikan ke Daerah 3T. Saya didapuk sebagai pemandu acara. Weleh, jauh-jauh dari Surabaya ke Sorong, ternyata ada gunanya juga.

Selain sibuk memotret ke sana kemari, saya juga bergerak dari satu stand pameran ke stand pameran yang lain. Selain, tentu saja, di stand Pameran Foto SM-3T yang ada di ujung deretan. Stand SMK 2 Kabupaten Porong cukup menarik perhatian saya. Di sana ada pernak-pernik kebogaan, selain juga kecantikan dan kebusanaan. Seorang guru, Ibu Butar Butar, memamerkan produk jus buah merah segar. Wow, tentu saja saya tertarik. Segelas jus buah merah yang segar lansung membasahi kerongkongan saya yang memang lagi kering-keringnya. Seorang guru yang lain, Ibu Widya, lulusan Tata Boga UM, meminta saya untuk berfoto bersama, ketika saya mengaku dari Tata Boga Unesa.

Usai upacara, Mendikbud dan rombongannya melanjutkan perjalanan ke UNIPA, karena di sana sudah ditunggu dengan serangkaian acara yang lain. Kami, tim Dikti, tidak bergabung, melainkan kembali ke hotel. Pagi ini, kami akan checkout, dan bersiap ke Raja Ampat.

Ya, Raja Ampat. Tak pernah terpikir suatu saat saya akan melancong ke Raja Ampat. Tempat yang menjadi impian para wisatawan itu. Jarak dan biaya untuk mencapainya seperti tak mudah bagi setiap orang untuk memperoleh kesempatan itu. Alhamdulilah, kuasa Allah, hari ini saya mendapatkannya. 

Sebenarnya, begitu tiba di Sorong, saya dan Prof. Selamat dari Unimed, sudah mencoba mencari tiket pesawat untuk pulang tanggal 10 Mei. Bermaksud untuk kembali ke tempat kami masing-masing. Kepikiran sama tugas-tugas dan keluarga. Ternyata tiket tidak ada, bahkan sampai tanggal 12 Mei, full booked. Saya SMS ke Mas Ayik: "Mas, haruskah aku ikut ke Raja Ampat?" Jawab Mas Ayik, "Ya, sayang, ikut saja, itu kesempatan buat kamu. Nikmati. Mosok uwong kok kerjo terus. Sekali-sekali rileks. Oke?"

Ya sudah, saya menyerah. Toh tiket pesawat juga tidak ada. Mau pulang pakai kapal laut? Weleh-weleh.... Kampul-kampul di atas laut malah tidak nyampai-nyampai....

Jadilah siang ini, kami ber-18 orang berada di dalam speedboat. Semua bagasi kami masuk. Tiga orang pemandu wisata, Dian, Rani, dan Ferdi, dengan seorang driver, menemani kami mengarungi Selat Dampiar, menuju sebuah pulau di Kabupaten Raja Ampat. Dua jam perjalanan untuk sampai ke Pulau Freewen. Serangkaian agenda sudah disiapkan oleh para pemandu. Sekarang, yang penting, tidur dulu. Mengendapkan kantuk, melenturkan otot-otot, menghimpun stamina yang sempat terforsir untuk berbagai kegiatan sebelumnya...

Sampai jumpa di Raja Ampat.

Selat Dampiar, Raja Ampat, 10 Mei 2014

Wassalam,
LN

0 komentar

Posting Komentar

Silakan tulis tanggapan Anda di sini, dan terima kasih atas atensi Anda...