Pages

Minggu, 11 Mei 2014

Sorong 8: Snorkeling, Yes!

Dan di sinilah kami. Di ketinggian bukit Pianemo. Setelah berspeedboat sekitar satu setengah jam dari Pulau Waigeo dan menempuh sekitar tiga puluh menit perjalanan mendaki bukit batu yang terjal dan menanjak tajam. Batu-batu karang yang permukaannya runcing-runcing, sangat berbahaya bila terinjak kaki. Maka sepatu harus memadai. Sepatu yang tidak licin, yang alasnya tidak lunak, karena kalau lunak bisa tertembus batu karang.

Di bawah sana, adalah gundukan-gundukan pulau. Seperi jamur-jamur raksasa yang ranum, hijau muda, hijau tua, kebiruan, menghampar di atas air tenang bak pualam. Saya pernah melihat pemandangan ini di internet, di televisi, di kalender. Tapi tentu saja yang saat ini saya lihat jauh lebih indah. Tuhan......ingin rasanya saya berteriak histeris menatap  lukisan alam tiga dimensi itu. Luapan kekaguman pun berhamburan dari semua orang yang ada di puncak bukit. Juga ketercekatan. Tercekat. Ya, tak terbayangkan keindahan seperti ini ada di atas bumi. Ini bukan dunia. Ini surga. Benar-benar surga.

Maka sesi pengambilan gambar pun berlangsung. Terjadi sangat alamiah. Dengan berbagai pose. Di setiap titik-titik berbahaya itu, di atas batu-batu karang. Dengan latar belakang gundukan ratusan pulau. Ya, Raja Ampat memang terdiri dari ratusan pulau. Pulau, dimaknai semua daratan yang menyembul di atas laut. Maka daratan kecil-kecil pun dihitung sebagai pulau. 

Rasanya ingin sekali berlama-lama di atas bukit terjal ini. Memandangi gundukan-gundukan pulau sesuka-sukanya. Seperti tak kunjung puas menikmati setiap lekuknya, keseksiannya, kecantikannya, kemolekannya. Bukit terjal ini, yang harus kami daki dengan susah payah, seperti mewakili perjuangan hidup. Begitu sampai di puncaknya, hadiah indah telah menanti, suguhan alam nan mempesona. Seperti itulah hidup. Bila kau ingin mendapatkan sesuatu, sebuah kenikmatan, kebahagiaan, maka raihlah itu, namun kau harus berjuang demi mendapatkannya.

Turun dari ketinggian, kami kembali berspeedboat. Sementara teman-teman masuk ke speedboat, saya mengambil air wudhu di sebuah toilet di pinggir pantai. Lantas terburu-buru menyusul masuk ke speedboat. Salat di dalam speedboat sebisanya. Setidaknya, menghormati waktu salat. Nanti disempurnakan lagi kalau sudah tiba di daratan. 

Perjalanan menuju Arborek. Kata kapten speedboat, perjalanan akan memakan waktu sekitar 30 menit. Laut berombak keci, dan speedboat terhentak-hentak saat melaju. Lumayan keras. Saya pernah mengalami perjalanan yang lebih berat dan lebih lama dengan menumpang speedboat. Saat mengarungi Samudera Pasifik dan Sungai Mamberamo, menuju Kasonaweja, Mamberamo Raya. Meski begitu, doa yang diajarkan ibu nyaris tak pernah jeda saya lafalkan terus-menerus di dalam hati. Bismillaahi majreeha wamur saaha inna robbi laghofuu rurrohiim.

Tibalah kami di Arborek. Sebuah perkampungan yang dipenuhi dengan anak-anak berkulit hitam, berambut keriting, bermata lentik, dan bola mata hitam bulat penuh. Anak-anak itu ramah sekali, tidak seperti kebanyakan anak di daerah 3T. Mereka semua juga sadar kamera. Langsung bergaya ketika kami akan memotretnya. Oh, ternyata di antara mereka ada Marion, bule asal Perancis itu. Anak-anak itu sedang mengerubuti Marion dan mengacak-acak rambutnya. Mereka bilang, Tante Bule rambutnya banyak yang putih, dan mereka akan membantu mencabuti rambut-rambut putih itu. Tentu saja yang dimaksud rambut putih adalah rambut pirang. Marion duduk rileks saja di dermaga dan membiarkan anak-anak manis itu berebut memilih-milih rambut putihnya. Haha. Lucu sekali.

Acara pertama makan siang dulu. Menunya, nasi putih, ca sawi jagung manis, balado terong, ayam goreng tepung dan telur rebus yang dibumbu (semacam bumbu bali). Karena perut lagi lapar-laparnya, maka kami pun makan dengan lahap. Saya juga sempat salat lagi, menyempurnakan salat saya di speedboat tadi, di rumah penduduk, dengan meminjam tikar untuk alas salat.

Nah, ini dia acara yang dinanti-nanti. Snorkeling, yes! Wow, tak terbayangkan betapa indah pemandangan di dasar laut yang akan kami lihat nanti. Kami semua langsung bersiap. Memasang pelampung bagi yang tidak bisa berenang (termasuk saya), memasang snorkel di muka dan fin di kaki. Siap sudah.

Karena kemarin sore sudah dilatih sama pemandu di Pulau Freewen, hari ini kami langsung mahir. Begitu masuk ke laut yang dalamnya sekitar enam meteran, posisi kami langsung seimbang. 
"Oke, kita wisata laut ya..." Kata Dian, pemandu saya. Dia meminta saya memegang pelampung yang menghubungkan saya dengannya. Menjelajah laut dan menikmati apa pun di kedalamannya. 

Pokoknya, luarrr biasa. Tak terkatakan indahnya. Ikan-ikan itu, batu-batu karang itu, belut laut, ubur-ubur, bintang laut, merah-merah, kuning-kuning, biru-biru, hijau-hijau, semua warna-warna, bentuk-bentuk, yang diam dan bergerak-gerak, yang menghampar di bawah sana... Subhanallah, Allahu Akbar. Tidak salah kalau Raja Ampat dikatakan sebagai tempat ekspedisi bawah laut terbaik di dunia. Meski saya tidak pernah melihat di tempat lain, kecuali di Pasir Putih Sirubondo dan di beberapa laut dangkal di Jawa, namun saya tak bisa membayangkan yang lebih indah dari yang saya lihat di Raja Ampat. 

Tentu saja hari ini, selain di Arborek, kami masih akan mengunjungi tempat lain. Tempat-tempat yang pasti tidak kalah eksotisnya. Tentu saja tidak akan bisa mengunjungi semua tempat di Raja Ampat ini. Kata Dian dan Rani, pemandu kami, untuk bisa menikmati semua pulau di Raja Ampat, waktu yang dibutuhkan setidaknya seminggu. Wow, seminggu? Asyik punya tuh...hehe.

Sore ini, saya ingin segera mengunggah foto-foto saya di FB. Saya ingin menulis status tentang betapa Maha Indah Dia yang Maha Memberi Keindahan, dan betapa Maha Pengasih Dia Yang Maha Memberi Waktu, Kesempatan, Energi, dan Rasa Syukur.

Fabiayyi alaaairobbikumaa tukadzdzibaan....

Raja Ampat, 11 Mei 2014

Wassalam,
LN

0 komentar

Posting Komentar

Silakan tulis tanggapan Anda di sini, dan terima kasih atas atensi Anda...