Pages

Kamis, 01 Mei 2014

Cowok Bispak

Suatu siang, sebuah SMS masuk ke ponsel saya. "Tanteee...."
Saya spontan membalas. "Siapa nih?"
Sebagian anak teman memanggil saya 'budhe', tapi tidak sedikit juga yang menyebut saya 'tante'. Saya tidak menyimpan sebagian besar nomor ponsel mereka, karena memori ponsel saya tidak muat. Beberapa di antara mereka terkadang menelepon atau mengirim SMS hanya untuk bertanya tentang pelajaran mereka, yang sering adalah pelajaran Bahasa Inggris dan Matematika. Kalau untuk Bahasa Inggris, saya hampir selalu bisa menjawab, tapi kalau untuk Matematika, pertanyaan mereka lebih sering saya lemparkan ke Mas Ayik atau teman dosen Matematika.

"Mmmuuuuaahhh...."
Saya kaget dengan balasan seperti itu. Seingat saya, para 'keponakan' saya tidak ada yang punya kebiasaan genit begitu. Saya tidak membalasnya. Saya lagi malas menyelidik siapa pengirim SMS itu.

Siangnya, SMS dari pengirim yang sama masuk lagi. "Tante gi pain?" Saya tidak membalasnya. "Tante dah makan siang?" Saya tetap tidak membalasnya. "Tanteeee....." Saya biarkan saja orang yang super iseng itu.

SMS semacam itu ternyata tidak berhenti pada hari itu saja. Besoknya, pagi, siang, malam, terus masuk. Semakin lama isi SMS-nya semakin 'nggilani'. 'Tante, telpun sex yuk..." Malam-malam, dia SMS "Kalau suami tante tidak sedang di rumah, bercumbu yuk..." Pernah juga dia SMS, "Tanteeee, hhhhhssssss...ahhh...."

SMS itu tidak ada satu pun yang saya balas, tapi juga tidak ada satu pun yang saya hapus. Saya simpan semua. Anak gila ini sedang menguji kesabaran saya. Ingin rasanya saya laporkan ke polisi saja dia, dengan bukti SMS-SMS itu. Tapi saya malas berurusan dengan polisi untuk hal semacam ini. Eman-eman waktu dan tenaga yang musti saya keluarkan hanya karena bocah sableng itu. 

Belakangan, ternyata anak itu malah berani telepon. Tidak hanya di siang hari, tapi, terutama, malam hari. Setelah tengah malam juga. Untungnya, saya selalu melihat layar ponsel setiap kali ada telepon masuk, supaya bisa memastikan siapa yang menelepon. Meski mata masih 'riyip-riyip', saya tahu siapa penelepon itu, maka kalau di layar terbaca 'cowok bispak', saya tidak mengangkatnya. 

Saya ceritakan hal itu pada Mas Ayik, dan menanyakan bagaimana sebaiknya. "Jarne ae, ngko lak kesel-kesel dewe." Begitu kata Mas Ayik. Tapi ternyata anak itu tidak kesel-kesel juga. Teleponnya setiap malam atau dini hari masuk. Mas Ayik masih tidak bereaksi. Saya juga ikut adem-ayem saja meski sebenarnya sangat amat terganggu. 'Gak ngurus wong edan", begitu pikir saya.

Belakangan ini memang sering ada SMS masuk. 'Invite PIN BB saya xxxxxx. Cewek bispak. Cantik, seksi, hot'. Saya sampai ngeres dengan SMS-SMS seperti itu. Haduh.....sudah demikian rusaknya moral kita, sekspun diobral dengan begitu murah-meriah. Yang jadi pikiran saya, bagaimana kemudian kalau ada banyak remaja, para suami, dan lelaki hidung belang yang iseng menanggapinya, lantas kebablasan. Maka terjadilah apa yang akan terjadi. Naudzubillah mindalik...

Kata Mas Ayik, kadang-kadang SMS seperti itu hanya untuk nyedot pulsa kita. Jadi tidak perlu ditanggapi. Abaikan saja. "Kok Mas Ayik tahu?", tanya saya. "Katanya begitu..."
"Katanya apa katanya..." Goda saya.
"Hush....sembarangan."

Nah, ternyata tidak hanya para cewek yang menawarkan seks murahan itu. Ternyata cowok juga. Malah lebih berani, tidak hanya SMS, tapi telepon-telepon juga.

Kemarin pagi, sepulang dari Tanggulangin setelah menemani ibu, di perjalanan, sebuah telepon masuk ke ponsel saya. Saya lihat layar ponsel. Lantas ponsel saya serahkan ke Mas Ayik. "Anak itu lagi..." Kata saya.

Mas Ayik menerima telepon itu. "Halo". Suara Mas Ayik langsung bernada tinggi. "Kalau kamu terus-teruskan kirim SMS dan telepon, urusan bisa panjang. Berhenti mengganggu istri saya!" Suara Mas Ayik, galak banget.

Tentu saja tak ada jawaban. Tapi di layar telepon terlihat kalau si penelepon mendengarkan suara Mas Ayik. Lantas dia mematikan telepon. Saya coba meneleponnya, tersambung sebentar, mati lagi. Saya ulang menelepon lagi, tersambung sebentar, terputus lagi. Selanjutnya setiap kali saya telepon, yang terdengar adalah nada sibuk.

Sejak pagi kemarin, setelah Mas Ayik menjawab telepon itu, tidak ada lagi SMS dan telepon dari anak gendeng itu. Rupanya keder juga dia sama suara Mas Ayik yang sangar dan seram. 

Oalah....
Dasar cowok bispak!

Surabaya, 1 Mei 2014

Wassalam,
LN

0 komentar

Posting Komentar

Silakan tulis tanggapan Anda di sini, dan terima kasih atas atensi Anda...