Hari
ini adalah puncak dari empat bulan proses yang telah saya lalui. Sebagai
peserta Pelatihan Kepemimpinan Nasional (PKN) Tingkat 1 di Lembaga Administrasi
Negara (LAN), saya harus mengikuti jadwal on-off-on campus, pembelajaran
e-learning, benchmarking, penyusunan policy brief, seminar rancangan proyek perubahan (rancangan
proper/RPP), dan hari ini, seminar implementasi proper (IPP).
Kami,
42 peserta PKN 1 Angkatan 55 LAN-RI, berproses sejak 25 Juli 2022, sampai nanti
tanggal 9 Desember 2022. Saya mewakili Kemendesa PDTT, dan yang lain dari
KemkumHAM, KemenPUPR, Sekretariat Kabinet, BKKBN, BAPETEN, BIN, BNN, BNPT,
Bappeda Gorontalo, BPIP, BSSN, LAN RI, Pemprov Jabar, Pemprov Jatim, Pemprov
Papua Barat, Pemprov Gorontalo, Sekda Sumedang, dan Kepolisian RI. Yang
terakhir ini menyumbang peserta paling banyak, yaitu 20 orang.
Bagi
saya sendiri, ini merupakan panggilan keempat untuk mengikuti PKN. Pada
panggilan pertama dan kedua, alasan saya adalah karena adanya kekosongan dua
jabatan eselon dua di BPSDM, sehingga saya perlu fokus untuk menata. Alasan
pada saat pemanggilan ketiga, adalah karena ada tugas dari Pak Menteri yang
saya harus laksanakan. Semuanya atas persetujuan Pak Sekjen. Tapi pada
pemanggilan yang keempat, Pak Sekjen sudah tidak memberikan izin lagi pada saya
untuk mangkir. Akhirnya, dengan tekad bulat, saya pun masuklah ke Asrama LAN.
Bertemu teman-teman yang hebat, pengajar yang hebat, coach yang hebat,
pengalaman-pengalaman yang hebat, dan saya merasa betapa beruntungnya saya
berada di sini.
Mengikuti
PKN ini memberi saya banyak insight dan juga keterampilan baru. Mulai
dari terlibat dalam tugas-tugas menulis essay pada Agenda 1, 2, dan 3. Belajar
tentang bagaimana menjadi pemimpin yang kolaboratif, pemimpin yang digital,
melakukan komunikasi dan advokasi, membuat kebijakan publik, dan bagaimana
menjadi pemimpin yang holistik. Kami juga dilatih bagaimana mengelola energi
kepemimpinan. Kurikulum disusun dengan sangat baik dan pengajarnya juga
mumpuni. Ada LMS dan perpustakaan yang setiap saat bisa kami akses. Juga
layanan yang prima, mulai dari akomodasi, konsumsi, rekreasi, senam pagi, fitness
centre, dan sebagainya.
Selain
pembelajaran pada Agenda 1, 2, dan 3, pengalaman yang lain adalah menyusun policy
brief dan benchmarking. Tema PKN 1 ini adalah ketahanan energi.
Sebuah tema yang agak asing untuk saya dan mungkin sebagian besar teman. Namun
karena ini merupakan tema wajib, maka kami semua berjibaku dengan browsing,
discussing, debating, dan juga benchmarking. Kelompok saya sempat
berkunjung ke Kementerian ESDM,
Kemenko Kemaritiman dan Investasi (Marinvest), Pemerintah Kota Surabaya (Dinas
Lingkungan Hidup dan PLTSa Benowo), dan Pemerintah Denmark (Kantor Kedutaan
Denmark di Jakarta). Semuanya kami lakukan dengan suka cita, penuh kerelaan demi
mendulang pemahaman dan pengalaman, sepenuhnya menyadari betapa gelas kosong di
benak kami ini butuh diisi.
Gara-gara mengikuti PKN 1 ini,
saya baru tahu kalau PLTSa Benowo, Surabaya, merupakan satu-satunya PLTSa yang
saat ini sudah beroperasi. PLTSa pada sebelas kota yang lain, sesuai dengan
Perpres 35/2018, sampai saat ini belum beroperasi karena berbagai kendala.
Namun berdasarkan hasil diskusi dengan pengelola PLTSa serta dengan Dinas Lingkungan
Hidup Kota Surabaya, saya sangat meyakini, kepemimpinan yang kuat (political
will) menjadi faktor utama keberhasilan pengembangan PLTSa.
Institusi/organisasi lain yang
menjadi lokus Benchmarking Kebijakan adalah Kantor Kedutaan Denmark (Denmark
Embassy) di Jakarta. Kunjungan ke Denmark Embassy dilakukan secara online,
pada tanggal 28 September 2020, pukul 10.00-12.00. Kami berkumpul di
Jatinangor, di sebuah hotel and resort yang menyediakan wahana untuk
bermain golf. Tempat yang apik, udara yang sejuk, makanan yang enak, layanan
yang ramah, dan hiburan tari serta angklung yang aduhai. Ketua kami, Pak Herman
Suryatman, adalah Sekda Sumedang. Seorang yang trengginas, visioner, inovatif,
dan selalu tersenyum. Bersama Bu Nanin, Kepala Badan Pengelolaan Keuangan dan
Aset Daerah Provinsi Jawa Barat, beliau merancang semuanya dengan sangat keren,
hangat dan menyenangkan.
Diskusi dalam rangka benchmarking
diawali dengan presentasi Bupati Sumedang tentang Penerapan Digital Governance.
Sumedang adalah kabupaten dengan nilai SPBE tertinggi pada tahun 2022. Sumedang
memiliki command center sebagai basis data, analisis, dan dasar dalam
membuat kebijakan berbasis digital yang detail dan terperinci. Pantaslah kalau
kita perlu belajar ke Sumedang tentang bagaimana mengembangkan pemerintahan
berbasis digitalisasi.
Diskusi selanjutnya dengan
topik kebijakan Denmark tentang ketahanan energi. Perwakilan dari Denmark
adalah Per Brixen (Deputy Head of Mission) dan Nindya Natasasmita (Sector Advisor).
Diskusi dipandu oleh Drs. Hendriyanto (wali Angkatan), pembukaan dan penutupan
oleh Dr. Tri Widodo, Deputi Bidang
Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara. Presentasi tentang kebijakan
energi Denmark disampaikan oleh Team Leader at the Danish Energy Agency, August Zachariae. Selanjutnya kami
melakukan tanya jawab untuk lebih memahami, sesuai dengan topik kelompok kami
masing-masing.
Kegiatan ini
sungguh memberi insight yang luar biasa untuk kami semua. Untuk saya
pribadi, ada banyak lesson
learnt yang saya peroleh
dari proses ini, antara lain adalah pentingnya berpikir holistik, pesan yang
jelas, serta kepemimpinan yang kuat. Maka, sejak saat itu, “The Spirit of Holistic, Clear Messages and
Strong Leadership”, menjadi tagline yang saya hambur-hamburkan ke
mana-mana.
Untuk tugas
menyusun policy brief, kami dibagi dalam empat kelompok. Di bawah
bimbingan coach, kami menyusun policy brief dengan begitu detil,
berbasis data, dan analisis yang lumayan njelimet untuk bisa merumuskan
rekomendasi yang tepat. Di kelompok saya, yaitu kelompok 3, coach kami
adalah Pak Suseno. Sosok yang ramah, simpatik, wawasan dan pengalamannya luas,
dan selalu menghargai. Beliau adalah motivator ulung di mata saya.
Ternyata policy
brief tidak hanya untuk presentasi di kelas. Ternyata kami juga harus
meramu policy brief semua kelompok sebagai policy brief kelas.
Lantas kami harus mempresentasikannya di hadapan Kemenko Marinvest, Bapak Luhut
Binsar Panjaitan. Ada semacam ‘tekanan batin’, tidak hanya pada saya, tapi juga
pada hampir semua teman. Pengalaman kami yang pernah mengikuti rapat dengan Pak
Luhut, beliau bisa saja memotong presentasi kita sewaktu-waktu kalau beliau
tidak berkenan. Pembawaannya yang tas tes tas tes sempat menjadi beban
tersendiri. Maka kamipun membentuk tim perumus, dan melakukan simulasi untuk
memastikan presentasi kami oke. Pak Herman ketiban sampur untuk presentasi,
karena Pak Luhut sudah mengenalnya. Dan alhamdulilah, sore itu, di kantor
Kemenko Marinvest, Pak Luhut membiarkan Pak Herman menyelesaikan presentasinya.
Bahkan setelahnya, Pak Luhut sempat menayangkan pencerahannya tentang kebijakan
ketahanan energi di Indonesia. Wah, maremnya luar biasa.
Tugas
terberat bagi kami adalah menyusun proper, dan memang di sinilah bobot
penilaian tertinggi. Salah satu tuntutannya, karena ini PKN 1, sebuah program
pelatihan kepemimpinan nasional yang paling tinggi, maka proper kami harus
berskala nasional dan bahkan internasional bila memungkinkan. Seumur-umur, saya
belum pernah dihadapkan pada tugas semacam ini. Tapi pengalaman menyusun
skripsi, tesis, disertasi, dan artikel ilmiah, membesarkan hati saya untuk
menghadapi dengan tenang tugas menantang ini. Apalagi di bawah bimbingan coach
kami yang detil namun global, global namun detil, Bapak Setiabudi Algamar, kami
menjalani setiap proses penyusunan proper itu dengan sangat baik.
Mempersiapkan
seminar implementasi proper yang kami laksanakan hari ini, sempat membuat kami
beberapa hari terakhir ini ogah tersenyum, ogah makan, ogah
jogging, ogah makan bubur ayam, ogah ngapa-ngapain. Atau
sebaliknya, justeru makan jadi lebih lahap (indikator stress, itu saya), dan
ketawa jadi tambah lebar (mengalihkan stress, saya juga). Alhamdulilah, saya
punya tim efektif yang sangat efektif. Meskipun yang efektif ya itu-itu saja, loe
lagi loe lagi. Biasalah, di mana-mana juga begitu. Tapi tim lengkap saya
berbagi tugas dengan begitu ciamik, tentu saja komando tetap sepenuhnya
di tangan saya. Semua pejabat eselon 2 di BPSDM terlibat. Plt sekretaris BPSDM (Dr.
Fujiartanto) dan Plt Kapus PJF (Agus Wicaksono) yang mengawal kebijakan, Kapuslat
Pegawai ASN (Dr. Mulyadin Malik) yang mengawal SIM, Kapus P2MD (Dr, Yusra) yang
mengawal sosialisasi dan anggaran. Pejabat eselon 3 (kepala balai besar/balai
dan kabag umum dan RT) juga terlibat. Begitu juga pejabat fungsional terutama para penggerak
swadaya masyarakat (PSM) dan analis kebijakan, serta para tenaga pendamping
profesional (TPP), dan bahkan teman-teman PPNPN.
Wow,
begitu bersemangatnya. Saya serasa sedang di-charge pakai batere super-energizer.
Saya sudah lama sekali tidak mengalami situasi seperti ini. Setahun setengah
bergabung di Kemendesa PDTT, membuat saya agak terlena dengan “pasukan bodrex”
yang selalu ada di sekitar saya. Setiap saat siap sedia melakukan apa pun untuk
saya, bahkan untuk hal-hal yang remeh-temeh. Dan di LAN ini, saya dikondisikan
pada situsasi yang saya harus membangkitkan kembali kemandirian saya, daya
juang saya, sekaligus kemampuan untuk membangun kebersamaan, merangkul
semuanya, meyakinkan bahwa proper ini bukan tanggung jawab saya sebagai
Luthfiyah Nurlaela, namun tanggung jawab kita semua sebagai BPSDM Kemendesa PDTT.
Dan
hari ini adalah puncak dari segala tantangan itu. Saya sudah mempresentasikan
laporan implementasi proyek perubahan yang kami gagas bersama, di depan
Narasumber Dr. Agus Sudrajat (Deputi Bidang Kajian
dan Inovasi Manajemen Aparatur Sipil Negara, LAN RI), Mentor Bapak
Taufik Majid, S.Sos., M.Si (Sekjen Kememdesa PDTT) dan Coach Bapak Ir.
Setiabudi Algamar, MURP (Widyaiswara Utama LAN-RI). Output pertama adalah Peraturan Menteri
Desa PDTT (Permendesa PDTT), yang sudah terbit setelah berjuang mulai dari penyusunan
draf, uji publik, harmonisasi, persetujuan presiden, sampai pada pengundangan.
Masyaallah. Sebuah proses yang bikin hati kebat-kebit. Awalnya saya
menargetkan Permendesa pada capaian jangka menengah, namun saat seminar
rancangan proper, penguji dan mentor menyarankan supaya target itu ditarik di
jangka pendek. Subhanallah, Allah yang Maha Rahman memberikan
kemudahan-kemudahan, semua proses lancar nyaris tak ada hambatan berarti. Tim
permendesa bekerja day to day, tak kenal lelah. Tentu saja dengan pengawalan
ketat dari Biro Hukum (Mas Rully dkk) dan teman-teman PSM (Mbak Kartika dkk).
Rekan-rekan PKN 1 yang dari KemenkumHAM (Bu Cahyani) dan Sekkab (Pak Teguh),
ikut membantu terus mengawal. Sampai pada saat kami sudah hampir menyerah
menunggu tahap akhir yaitu penetapan, tanggal 04 Desember 2022, sore hari, Bu
Cahyani memberi kabar bahwa NBRI untuk permendesa kami sudah turun, karena
Menteri KumHAM sudah menyetujuinya. Ya Allah, serasa mau teriak sambil
putar-putar alun-alun saya. Untunglah saya tidak tahu di mana alun-alun di
Pejompongan ini, sehingga saya tidak jadi teriak-teriak dan putar-putar. Sebagai
gantinya adalah sujud syukur di atas sajadah dan membiarkannya basah karena air
mata rasa syukur saya.
Output
kedua adalah, SIM Penggerakan Kesawadayaan Masyarakat, yang kami namakan
Sipenggerak. Nyaris tidak ada masalah dalam pengembangannya. Tahap perancangan,
ujicoba, bimtek dan evaluasi, berjalan mulus-mulus saja. Tim efektif yang
menangani SIM ini, di bawah komando Kapuslat Pegawai dan ASN, Dr. Mulyadin
Malik, sungguh tim yang andal. Apalagi kami juga berkolaborasi dengan
teman-teman Unesa yang sudah sangat mahir dalam urusan per-SIM-an ini.
Output
ketiga, adalah publikasi artikel ilmiah. Mungkin karena budaya kampus masih
terus melekat pada diri saya, maka publikasi dalam bentuk artikel ilmiah
seperti menjadi tagihan wajib untuk saya pribadi. Namun alasannya sesungguhnya
sangat masuk akal. Salah satu kegiatan utama PSM dalam unsur pengembangan
keprofesian, adalah menulis karya ilmiah. So, kloplah. Dan yang luar
biasa, untuk kami yang nekad ini, publikasi artikel ilmiah yang awalnya akan
kami ikutkan pada forum ilmiah pihak lain, ternyata justeru forum ilmiah itu
bisa kami selenggarakan sendiri. Ya, kami menggelar agenda 1st
International Conference on Empowerment of Rural Community. Saat
penyelenggaraan, tanggal 30 November 2022, Menteri Desa dan Sekjen bergabung
dan memberi opening speech dan keynote speech. Lima invited
speaker, dari LAN-RI (Dr. Tri Widodo Wahyu Utomo), UB (Prof. Luchman Hakin,
Ph.D), UiTM MARA Malaysia (Dr, Anderson Ngelambong), Rajabhat University
Thailand, (Dr. Thandthong Brammanee), dan dari IDN Global (Bapak Sulistyawan
Wibisono), bergabung di sesi pleno. Ada 64 artikel yang diseminarkan di sesi
paralel, yang ditulis oleh PSM, TPP, akademisi, mahasiswa, bahkan Pejabat
eselon 1 dan eselon 2. Ada 14 reviewer yang kami himpun untuk me-review
artikel, mereka adalah akademisi dari dalam maupun luar negeri. Wow!
Output
lainnya adalah Lokakarya Penggerakan Keswadayaan Masyarakat, Media
Partnership, dan Book Talk. Output tambahan yang sungguh
signifikan dalam mendukung pencapaian output kunci. Semuanya dimaksudkan
untuk lebih mendekatkan sinergi antara PSM dan TPP serta stakeholder
yang lain, memberikan ruang untuk aktualisasi potensi dengan karya-karya yang
sudah mereka hasilkan, dan membuka peluang untuk terbangunnya jejaring akademis
dan insight sharing.
Senangnya,
semua yang terlibat merasa telah memperoleh mamfaat yang luar biasa dan siap
untuk terus terlibat pada program-program selanjutnya. Nah, ini yang penting.
Membangun engangement, ini yang sungguh sangat penting, karena semua
yang kami lakukan tidak semata-mata demi proper, namun harus terus terjamin keberlanjutannya.
Hari
ini adalah puncak dari segala tantangan itu. Mentor, narasumber, coach,
semua memberikan apresiasi dan dukungannya pada capaian kami. Tapi saya tidak
boleh jumawa. Saya tidak boleh takabur. Saya tidak boleh terlena dalam euphoria
keberhasilan. Saya harus tetap tawadhu’, harus tetap berjuang untuk mewujudkan
bagian yang belum selesai dan harus kami selesaikan.
Hari
ini, puncak dari segala tantangan itu. Lusa masih ada festival inovasi yang
juga menjadi bagian dari penilaian, yang juga harus kami siapkan. Masih ada Malam
Keakraban yang juga harus kami laksanakan. Masih ada agenda pelepasan, yang
akan menandai kami sudah lulus mengikuti pelatihan di ASN Corporate University
LAN RI, kampus yang menjadi kawah candradimuka kami.
Namun,
hari inilah, puncak dari segala tantangan itu. Saatnya memberi waktu bagi tubuh
untuk jeda sejenak, sejenak saja, karena besok, tugas-tugas sudah menunggu
kita.
Saya
tidak bisa menyebut satu per satu pada semua sosok yang sudah mendukung proyek
perubahan ini. Tapi saya ingin menyebut Menteri Desa (Dr (HC) Drs. Abdul Halim
Iskandar, M.Pd), Sekjen, semua pejabat tinggi madya dan pratama di Kemendesa,
Kepala LAN-RI dan seluruh jajarannya, semua stakeholders, para PSM, TPP,
tenaga ahli, staf, teman-teman PPNPN, semuanya yang mungkin kelewatan tidak
saya sebut. Terima kasih yang tak terhingga. Semoga Allah SWT mencatat semua
yang sudah kalian kontribusikan, sebagai amal baik yang berlimpah pahalanya.
Amin.
Untuk
para peserta PKN 1 Angkatan 55, selamat berjuang, Saudara-saudaraku. Tugas
berat di pundak kita adalaa amanah yang harus kita pertanggungjawabkan. Mari
terus bergandeng tangan, saling
menguatkan, saling mengilhami. Demi agama, nusa dan bangsa. Demi generasi yang
kita cintai. Semoga Allah SWT meridhai. Amin.
Jakarta, 5 Desember 2022