Pages

Selasa, 29 Mei 2012

Dengan BKP ke Kediri

Pagi ini pukul 05.00 saya sudah di kantor Badan Ketahanan Pangan (BKP) Provinsi Jawa Timur, jalan Gayung Kebonsari. Seperti biasa, diantar mas Ayik. Pagi masih gelap, udara dingin, tapi di halaman kantor BKP, beberapa mobil sudah parkir. Saya melihat sebuah mobil bahkan sudah siap mau berangkat, entah menuju ke mana. Yang pasti menuju ke daerah, sebutan untuk kabupaten/kota, dalam rangka sosialisasi atau penggalian data atau identifikasi masalah ketahanan pangan (food security).

Hari ini kami akan ke Kabupaten Kediri. Kegiatannya adalah sosialisasi keamanan pangan (food safety). Dalam rombongan kami terdiri dari kabid Kewaspadaan Pangan BKP dan 4 orang staf termasuk driver, saya, dan Dr. Merryana Adriani, dosen dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Unair. Kegiatan sosialisasi direncanakan dilaksanakan di kantor Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Kediri.

Saya dan bu Merry, adalah pasangan setia sejak bertahun-tahun, lebih dari sepuluh tahun. Kami sering tandem dalam berbagai kegiatan terkait dengan ketahanan pangan, mulai dari identifikasi daerah rawan pangan, sosialisasi diversifikasi pangan lokal, peningkatan mutu dan keamanan pangan olahan, dan, yang paling sering, adalah sosialisasi keamanan pangan, baik pangan segar maupun olahan. Kadang-kadang, kalau tidak dengan bu Merry, saya ditandemkan dengan Prof. Dr. Bambang Wirdjatmadi, yang juga adalah suami bu Merry, dosen, dokter spesialis, sekaligus ahli gizi yang cukup diperhitungkan di skala nasional, dari Unair juga.

Dibanding dengan kegiatan-kegiatan yang sering saya ikuti di Jakarta atau di kota-kota besar yang lain, yang tentu saja dengan menginap di hotel berbintang, bekerja di dalam ruangan mulai dari pagi hingga malam, kembali bekerja lagi dari pagi hingga malam, saya lebih menyukai kegiatan-kegiatan ke daerah semacam ini. Bekerja di hotel membuat badan saya sakit semua setibanya di rumah, jadi kadang-kadang musti dikeroki.... 'Nggetu' di depan laptop berjam-jam, terpapar AC sepanjang waktu, membuat kepala pusing dan masuk angin (maklum, orang udik). Sejak beberapa tahun ini, saya sengaja mengurangi kegiatan-kegiatan semacam itu, kecuali yang memang saya menjadi penanggung jawab, atau setidaknya saya menganggap kegiatan itu penting dan saya harus ada di dalamnya.  

Pergi ke daerah membuat saya merasa lebih 'asli'. Saya menyukai jalan-jalannya yang sempit dan berkelok-kelok, naik-turun, dengan pemandangan alam yang beragam: sawah, kebun, gunung, lembah, laut, padi, jagung, buah-buahan, dan orang-orangnya yang lugu, ramah, bersahaja. Ketika pergi ke daerah rawan pangan, saya suka masuk ke rumah-rumah penduduk, melihat dapurnya, menengok apa yang mereka makan. Berbincang dengan orang-orang tua dan anak-anak yang tubuhnya kurus kering dan lusuh itu, dan mencoba menghayati kemiskinan mereka. Ketika mengunjungi home industry, saya selalu menunggui proses produksi mereka, menanyai dari mana mereka mendapatkan modal, seperti apa SDM-nya, kondisi peralatan produksinya, pemasarannya, dan omzetnya. Tentu saja pada kesempatan itu juga, saya, dengan lagak seorang ahli teknologi pangan, memberi saran-saran pada mereka untuk meningkatkan teknologi proses dan pengemasannya. Juga, yang  terutama menjadi concern saya, terkait dengan sanitasi dan keamanan pangannya.

Banyak pengalaman menarik yang saya peroleh dari kegiatan turun ke daerah seperti itu. Banyak hal baru yang seringkali membuat saya jengah, betapa begitu banyak hal yang saya tidak tahu dan harus mencari tahu. Sesungguhnya ketika seseorang sedang mengajar, dia belajar. Ketika saya 'mengajari' para petugas ketahanan pangan, pemilik home industry, atau para penyuluh dan kader gizi itu; sesungguhnya saya juga sedang belajar begitu banyak hal dari mereka....

OTW ke Kediri, 30 Mei 2012

Wassalam,
LN

0 komentar

Posting Komentar

Silakan tulis tanggapan Anda di sini, dan terima kasih atas atensi Anda...