Pages

Minggu, 31 Maret 2013

Reuni Himapala (3): Mbak Dien yang Baik Hati

Pagi, pukul 05.30. Saya dan mas Ayik sudah menyelesaikan rutinitas pagi. Dua sepeda lipat sudah disiapkan. Bagasi sudah diikat di bagian belakang sepeda. Segelas teh manis cukuplah untuk menghangatkan tubuh.

Kamar mas Badi masih tertutup rapat. Tidak ada tanda-tanda kehidupan. Hehe. Mereka berempat pasti masih pulas. Menuntaskan sisa kelelahan setelah perjalanan kemarin dan karena kegiatan tadi malam. 

Kami keluar hotel, mengayuh sepeda kami. Tentu saja setelah pamitan pada resepsionis. Kami check out pagi ini. Menikmati pagi sambil bersepeda pelan-pelan. Tidak perlu ngoyo. Yang penting speed diatur, bertahan, konsisten. Tujuan kami tentu saja ke rumah angin. 

Tapi sepagi ini, banyak pemandangan yang sayang untuk dilewatkan, sehingga kami tidak langsung ke tempat tujuan. Beberapa kali berhenti di tempat-tempat yang indah. Juga singgah di Taman Rekreasi Gajah Mungkur. Matahari yang mengintip di kaki langit. Warnanya yang jingga bersinar berpendar-pendar. Para nelayan yang sedang menebar jaring. Gerombolan burung yang melintas di angkasa. Dan dermaga yang menunggu siapa saja untuk menyinggahinya. 

Sesi pemotretan pun tak terelakkan. Semua pemandangan indah nyaris tak terlewatkan. Termasuk macam-macam ikan goreng kering yang banyak dijual di pinggir jalan. Wader, mujair, udang, semua digoreng kering. Ada juga abon dari bermacam-macam ikan.  

Sehari ini ada beberapa kali sesi pemotretan. Di halaman rumah angin. Di Museum Karst Indonesia. Juga di Pantai Sembukan. Untuk dua tempat yang terakhir, kami kunjungi bersama rombongan. Mbak Dien menyediakan bus polisi, lengkap dengan driver, para pengawal, dan juga konsumsi yang berlimpah. Tentu saja tiket masuk juga bukan kami yang bayar.

Mas Ayik berpose di depan manusia purba Solo.

Potret rame-rame di depan pintu masuk Pantai Sembukan
Tentang Karst, menurut 'mbah google', Indonesia memiliki kawasan Karst yang sangat luas, mencapai lebih dari 15,4 juta hektar.  Kawasan Karst Indonesia umumnya memiliki keanekaragaman hayati dan non-hayati yang mempunyai nilai keindahan, keunikan, ilmiah, ekonomi, budaya, sejarah dan kemanusiaan. 

Memang benar. Kami bisa belajar banyak di Museum Karst yang berdiri sejak tahun 2007 ini. Mulai dari lokasi batuan karst di seluruh Indonesia bahkan di seluruh dunia, macam-macam batuan karst dan bagaimana terjadinya, kehidupan flora fauna, penemuan fosil-fosil di gua-gua batuan karst, potensi ekonomi, benda-benda purba, dan masih banyak lagi. Kami juga diputarkan film tentang gunung Merapi. Kalimat yang menyentuh kesadaran kita ada di ujung film dokumenter itu:  "Merapi telah memberikan waktu pada kita untuk menikmati keindahannya serta memanfaatkan hasil buminya, maka ada saatnya kita harus memberinya waktu untuk bererupsi." Kalimat ini mengandung makna yang dalam tentang bagaimana kita seharusnya hidup berdampingan dengan alam.  

Museum Karst Indonesia ini letaknya di Desa Gebangharjo Kecamatan Pracimantoro, 45 km di selatan kota Wonogiri. Museum ini juga menggambarkan khasanah karst dengan keunikan goa-goa di Pracimantoro. Di Desa Gebangharjo Kecamatan Pracimantoro - yang menjadi pusat penelitian kawasan karst - terdapat puluhan gua, antara lain Gua Tembus, Gua Mrica, Gua Sodong, Gua Potro, Gua Sapen, Gua Gilap, dan Gua Sonya Ruri. Sayang kami tidak memiliki cukup waktu untuk mengunjungi gua-gua itu, tapi harus cukup puas hanya dengan menikmati miniaturnya. 

Berada dalam goa museum manusia purba.

Potret diri berdua dengan Mas Ayik. 
Berdasarkan penelitian para ahli sejarah dan geologi, kawasan gua-gua di Pracimantoro Wonogiri ini layak dijadikan sebagai situs Kawasan Karst yang potensial di Indonesia. Kawasan ini bahkan dinilai terbaik oleh para ahli sejarah dan geologi karena telah memenuhi kriteria keberagaman gua, struktur lapisan tanah, dan panorama alam yang khas. Potensinya dinilai lebih baik daripada kawasan karst yang ada di Kabupaten Pacitan dan Kabupaten Gunung Kidul. 

Setelah puas mengunjungi Museum Karst dan berpamitan dengan pemandunya yang cantik, ramah, sopan dan cerdas, kami kembali memasuki bus polisi. Oya, sebelum masuk bus, saya dan mas Ayik sempat berwisata kuliner sebentar. Menikmati tempe mlanding yang digoreng tepung, kripik tempe mlanding, dan tape gaplek. Bagi kami, itu jenis makanan yang langka dan rodo aneh, makanya perlu dicoba.
  
Keindahan tepian waduk Gajah Mungkur bertemaram mentari.

Bepose di atas karang.

Mas Ayik action di batuan cadas.
Pantai  Sembukan terletak di Kecamatan Paranggupito, kurang lebih 40 Km arah selatan Kota Wonogiri. Pantai yang dikelilingi perbukitan. Kita bisa turun ke pantai yang ada di bawah sana, melewati tangga. Atau bila ingin memandang laut lepas lengkap dengan batu-batu karangnya yang besar-besar, kita bisa naik ke bukit-bukit. Serasa di sorga. Begitu luar biasa indahnya. Laut biru yang luas. Ombak yang berkejaran memecah batu-batu karang, buih putihnya pecah berpendar-pendar tinggi sekali, sebelum akhirnya riak-riaknya mencapai pantai. Subhanallah...indahnya.

Selain terkenal dengan keindahan alamnya, pantai Sembukan juga terkenal sebagai pantai ritual yang ramai dikunjungi orang untuk bermeditasi dan ngalab berkah. Pantai yang jaraknya dari Kantor Kecamatan Paranggupito kurang lebih 3,5 km ini, pada waktu-waktu tertentu juga digunakan sebagai tempat acara larung,  yang biasanya dilanjutkan dengan acara wayangan. Selain itu juga ada tempat peribadatan yang ada di puncak bukit.

Kami mengakhiri acara suka-suka itu dengan foto bersama. Makan siang disiapkan oleh mbak Dien dan 'bolo kurowo'-nya. Nasi kotak dengan menu ayam goreng, bihun, dan sambal goreng kentang. Lauk tambahan, yang kita bisa mengambilnya sesuka hati, adalah tahu tempe bacem, ayam goreng, urap, telur dadar, ikan asin, krupuk dan rempeyek. Ada teh hangat dan es degan juga. Komplit. 

Mbak Dien, polwan berpangkat letkol itu, adalah perempuan berhati kapas. Tubuhnya yang tinggi besar menyimpan kesejukan dan ketulusan hati seorang sahabat. Ketika secara tulus saya sampaikan ucapan terimakasih saya kepadanya, mewakili anggota Himapala, mbak Dien justru balik menyampaikan terimakasihnya karena pertemuan ini. Dia katakan, dia dan keluarganya sangat bahagia karena kami semua sudah menyinggahinya. Katanya, seperti batere, jiwa kita juga perlu di-charge. Bertemu kawan-kawan adalah salah satu bentuknya. Rutinitas kerja setiap hari telah membuat hati kita selalu merindukan saat-saat seperti ini.

Mbak Dien sudah mencapai tingkat tertinggi dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Aktualisasi diri. Menurut Abraham Maslow yang dikenal sebagai pelopor aliran psikologi humanistik itu, manusia tergerak untuk memahami dan menerima dirinya sebisa mungkin. Ahli yang terkenal dengan teori Hierarchy of Needs itu
percaya bahwa setiap orang memiliki keinginan yang kuat untuk merealisasikan potensi dalam dirinya, untuk mencapai tingkatan aktualisasi diri. Maslow menggambarkan bahwa manusia baru dapat mengalami "puncak pengalamannya" saat manusia tersebut selaras dengan dirinya maupun sekitarnya. Manusia yang mengaktualisasikan dirinya, dapat memiliki banyak puncak dari pengalaman dibanding manusia yang kurang mengaktualisasi dirinya.

Mbak Dien juga mengingatkan saya pada pandangan Komaruddin Hidayat saat menyajikan konsep the archtypes pada waktu Konaspi VII di Yogyakarta beberapa bulan yang lalu. Setiap orang akan mengalami siklus hidup yang disebut 'The Archtypes'. Dimulai dengan tahap 'orphan'.  tidak berdaya, selalu membutuhkan orang lain, tapi juga terbuka pada persahabatan dan pertemanan.  Selanjutnya tahap' wanderer',  pengelana, melakukan eksplorasi, memperluas wawasan. Kemudian tahap ' warrior', harga diri, menjaga martabat. Terakhir adalah 'altruist' artinya 'find the more meaningful life'. Saatnya berjuang untuk orang lain. Bukan hanya memikirkan diri sendiri (selfish,  self center). Ketika seseorang mencapai tahap altruist, dia akan merasa bahagia ketika membahagiakan orang lain. Berbahagialah Anda yang hidup untuk memberikan manfaat dan kebahagiaan bagi orang lain. Kepribadian yang sehat adalah ketika sudah sampai pada tahap altruist. 

Terimakasih, mbak Dien. Untuk pertemuan yang luar biasa ini. Untuk persahabatan yang indah ini. Semoga terus terjalin dan bisa saling memberi manfaat. Saling berbagi, saling menginspirasi....

Wonogiri, 30 Maret 2013

Wassalam,
LN

0 komentar

Posting Komentar

Silakan tulis tanggapan Anda di sini, dan terima kasih atas atensi Anda...