Pisah Kenal Rektor. Mungkin ini bukan nama yang tepat untuk acara yang dihelat di Auditorium Kantor Pusat Unesa pada Rabu, 20 Agustus 2014, pukul 10.00-12.00 siang tadi. Dengan rektor lama, periode 2010-2014, yaitu Prof. Dr. Muchlas Samani, tidak bisa dikatakan 'pisah', karena meskipun beliau mungkin setelah tidak menjabat menjadi Rektor Unesa akan banyak beraktivitas di mana-mana, namun 'rumah' beliau tetaplah di Unesa. Dengan rektor baru, periode 2014-2018, yaitu Prof. Dr. Warsono, tidak tepat juga kalau dikatakan 'kenal (an)'. Siapa yang tidak kenal beliau yang juga PR 3 Unesa ini?
Tapi tidak masalah. Apalah arti sebuah nama. Pisah Kenal, sepertinya sudah menjadi judul pakem dalam acara-acara semacam ini.
Acara dihadiri oleh anggota senat Unesa, pimpinan universitas dan fakultas, pengurus jurusan, ketua lembaga dan UPT, kepala biro, karyawan, wakil mahasiswa, para mitra Unesa serta para awak media. Ruang auditorium penuh. Rupanya acara pisah kenal ini diminati oleh banyak kalangan.
Menariknya, acara juga diramaikan oleh kelompok musik yang menyanyikan lagu-lagu keroncong. Mereka menyanyikan lagu-lagu yang hampir semua orang kenal dan bisa menikmati, mulai dari lagu yang asli keroncong sampai lagu yang aslinya bukan lagu keroncong tapi dikeroncongkan, termasuk lagu-lagu dangdut dan lagu-lagu Barat.
Menariknya lagi, kedua rektor itu, sama-sama lihai berorasi. Orasinya sangat bernas, dalam sekali maknanya, dan penting. Tentang bagaimana Unesa dulu, kini, dan yang akan datang. Nampaknya, Prof. Warsono akan mampu mengimbangi gerak langkah super cepat pendahulunya, yaitu Prof. Muchlas Samani. Banyak hal yang sudah digagas, diwujudkan, dan dimulai oleh Prof. Muchlas. Prof. Warsono diharapkan mampu meneruskan semua yang sudah dimulai itu, melengkapi yang belum, menambal yang perlu ditambal, dan mencetuskan ide-ide baru serta merealisasikannya untuk kemajuan Unesa ke depan.
Dalam acara itu juga menghadirkan tiga orang untuk menyampaikan kesan pesan, mewakili mahasiswa, dosen, dan karyawan. Mahasiswa diwakili oleh anggota Menwa, dosen diwakili oleh M. Khoiri (dosen Bahasa Inggris), dan karyawan diwakili oleh Sri Supriatin (Staf PR 4). Ketiga orang itu, semuanya menarik dalam menyampaikan kesan pesan dan harapan-harapannya. Beberapa lontarannya bahkan mengundang gelak tawa berkepanjangan sekaligus keharuan.
Yang lebih menarik lagi, suvenir acara itu, adalah empat buku. Ya, empat buku. Plus satu majalah. Empat buku itu berjudul: Mohon Maaf, Masih Compang-Camping (ditulis oleh Muchlas Samani sendiri); Manapaki Setengah Abad (persembahan dari Humas Unesa); Muchlas Samani, Aksi dan Inspirasi (penyuting M. Khoiri dan Luthfiyah Nurlaela); dan Pancasila-isme dalam Dinamika Pendidikan (ditulis oleh Warsono). Sebuah majalah, yaitu Forum, yang di dalamnya memuat profil Prof. Warsono, dengan judul: Selalu Memberi yang Terbaik, juga dibagikan.
Kesan yang tertangkap dari kedua sosok itu, Muchlas Samani dan Warsono, adalah orang yang sama-sama cerdas, pergaulannya luas, pengetahuan dan wawasannya luas, rendah hati, santun, kharismatik, dan cinta buku (baca cinta membaca dan menulis). Buku yang ditulis Muchlas Samani, benar-benar buku yang luar biasa menarik. Baru melihat tampilannya saja, buku itu begitu memesona. Cover-nya, layout-nya, isinya, gambar-gambar dalam buku itu, semuanya, sangat mengesankan. Menunjukkan kalau buku itu benar-benar dipersiapkan dengan baik, digarap dengan cermat. Sangat berbobot tapi juga sangat artistik.
Buku yang ditulis oleh Prof. Warsono, menggambarkan kepakarannya dalam bidang filsafat dan pengembangan karakter. Covernya lugas, dengan warna merah putih yang menegaskan nasionalismenya, sangat sesuai dengan apa yang dituliskannya dalam buku itu.
Dua buku yang lain juga tidak kalah menariknya. Semuanya memuat perjalanan Unesa sejak dipimpin Muchlas Samani, dan harapan ke depan yang diungkapkan oleh banyak pihak. Belasan dosen berpartisipasi sebagai kontributor dalam penyusunan buku itu.
Dari semua itu, apa yang paling menarik? Ya, budaya untuk mengabadikan perjalanan sebuah kepemimpinan dengan sebuah buku. Bukan sekedar buku semacam nota akhir jabatan yang ditulis oleh para staf untuk pimpinan yang mengakhiri masa jabatan. Tapi buku yang ditulis oleh pelaku itu sendiri, oleh pimpinan itu sendiri. Berisi semua catatan tentang apa yang menjadi janji-janji di awal-awal menjabat dulu, apa yang sudah ditepati, apa yang belum dipenuhi. Sebuah tulisan yang ditulis dengan jujur, apa adanya. Merupakan sebuah pertanggungjawaban pribadi dan lembaga. Tentu hal ini akan menjadi catatan sejarah bagi sebuah perjalanan kepemimpinan seseorang, sekaligus menjadi dokumen penting yang akan mewarnai sejarah perjalanan sebuah lembaga besar seperti Unesa.
Selamat untuk Prof. Muchlas Samani yang sudah memberikan banyak hal untuk kemajuan Unesa, menjadi bapak dan sahabat untuk semua, menjadi motivator dan advisor untuk siapa saja. Semoga semangat beliau menginspirasi Prof. Warsono dan siapa pun civitas akademika, agar lebih giat memajukan Unesa tercinta.
Surabaya, 20 Agustus 2014
Wassalam,
LN
Rabu, 20 Agustus 2014
Empat Buku Di Pisah Kenal Rektor
Label:
Unesa
Diposting oleh
Luthfiyah Nurlaela
di
Rabu, Agustus 20, 2014
0 komentar
Posting Komentar
Silakan tulis tanggapan Anda di sini, dan terima kasih atas atensi Anda...