Pages

Kamis, 15 Desember 2011

Ke Sumba Lagi (4): Pertemuan yang Bermakna

Pagi jam 08.30 kami bertiga, saya, pak Wasis dan Bu Luci, sudah berada di kantor Dinas PPO. Kami diantar masuk ke ruang ibu sekdis. Perempuan itu menyapa kami dengan pertanyaan apakah kami nyenyak tidur semalam. Kami jawab, begitu kami masuk kamar semalam, kami langsung 'hilang', lelap sampai pagi.

Bersama ibu sekdis, kami memasuki ruang bapak kadis. Bertemulah kembali saya dengan laki-laki tinggi besar yang ramah itu. Di dalam ruangannya yang ber-AC, tapi penuh dengan asap rokok. Saya melaporkan bahwa kemarin kami membawa 46 peserta SM-3T yang berasal dari Sumba Timur, pulang dari Surabaya, setelah mengikuti tahap prakondisi. Saya juga menyampaikan salam pak Rektor, dan keinginan beliau utk suatu saat bisa melakukan kunjungan ke daerah sasaran yang terluar. Kami juga meminta supaya pengawas dilibatkan utk bisa memastikan para peserta melaksanakan tugas pengabdiannya dengan sebaik-baiknya, di bawah bimbingan dan arahan para pengawas.

Pukul 09.00 kami keluar dari ruang pak Kadis, menuju ke aula. Di sana sudah menunggu 21 camat dan 103 kepala sekolah, mulai dari PAUD, SD, SMP, SMA, dan SMK. Pagi ini kami akan rapat koordinasi dengan semua camat dan kepala sekolah yang menjadi sasaran kegiatan SM-3T Unesa. Rapat dipimpin langsung oleh Asisten Administrasi Pemkab Sumba Timur.

Konsumsi pertemuan adalah berbagai macam kue yang semuanya berasa manis: bolu kukus yang ujungnya berwarna hijau sekali, kue cuncum yang vlanya berwarna pink, dan kue karamel yang coklat tua. Kue-kue itu diletakkan di piring-piring, dua piring dibiarkan di meja depan di tempat pak kadis, pak asisten, saya, dan bu sekdis. Piring-piring yang lain disorongkan dari satu orang ke orang lain, untuk mereka ambil salah satunya. Tidak ada snack box dengan macam-macam kue yang legit, gurih, harum, dan berkesan mahal seperti yang biasa kita temui pada rapat-rapat di Surabaya. Hemat, simpel.

Saya diminta pak Asisten utk menjelaskan apa itu SM-3T kepada peserta rapat. Sebagian besar mereka mungkin sdh pernah mendengar tentang SM-3T. Namun apa sebenarnya SM-3T, mungkin mereka belum memahami secara utuh. Tugas saya adalah menjelaskan kepada mereka terkait dengan program Dikti itu, tujuannya, ruang lingkupnya, dan tindak lanjut setelah program. Secara tulus saya sampaikan ucapan terimakasih kepada Bupati dan Kepala Dinas PPO Sumba Timur beserta jajarannya, camat, kepala desa dan seluruh masyarakat Sumba Timur. Mereka semua telah menyambut program ini dengan sangat proaktif, mulai dari tahap sosialisasi sampai saat ini. Komitmen mereka utk mensukseskan program ini begitu luar biasa.

Saya juga menyampaikan bahwa kami menitipkan seluruh peserta SM-3T Unesa di bawah bimbingan dan arahan beliau-beliau. Mereka menyambutnya dengan sangat baik. Bisa saya lihat dari sorot mata dan pancaran wajah mereka. Ketulusan dan keterbukaan. Juga dari kalimat-kalimat yang terlontar dalam sesi tanya jawab. Penuh dengan rasa syukur dan ucapan terima kasih, karena program ini bagi mereka adalah bukti nyata kepedulian pemerintah pusat pada pemerintah daerah, khususnya di daerah 3T, dan khususnya lagi pada bidang pendidikan.

Pak Asisten juga sempat menceritakan bahwa pada beberapa waktu yang lalu, salah satu pulau terluar di Sumba Timur, yaitu Pulau Selura, melakukan gerakan melepaskan diri dari NKRI. Mereka merasa tidak ada untungnya menjadi bagian dari NKRI, karena tidak ada perhatian sama sekali dari pemerintah pusat atas nasib mereka. Saat ini, di Pulau Selura yang hanya memiliki 1 SD, akan didirikan SMP satu atap sebagai respon pemerintah atas teriakan mereka. Ketika pak Asisten menjelaskan hal tersebut, pak camat Selura manggut-manggut tanda setuju. Pulau Selura bisa dicapai dengan waktu sekitar 5-6 jam dari Waingapu dengan mobil, dan sekitar setengah jam menyeberang laut. Namun bila musim barat seperti ini, bahkan bapak kabid pun tidak sanggup untuk mengantar sampai ke sana. Pak Rektor mungkin berminat utk mengunjungi pulau ini dalam kegiatan supervisi nanti.

Rapat koordinasi siang itu menjadi rapat yang benar-benar bermakna. Selain mencerahkan bagi para camat dan kepala sekolah tentang apa itu SM-3T, juga menjadi ajang curhat bagi para camat. Curhat yang penuh dengan harapan agar pertemuan seperti ini lebih sering diadakan, dan agar pemda serta dinas PPO lebih memahami berbagai kendala yang mereka hadapi di lapangan. Bagi kami, tim SM-3T Unesa, pertemuan ini sangat membantu kami dalam mendekatkan program pada masyarakat, khususnya perangkat kecamatan dan kepala sekolah, sehingga mereka merasa ikut memiliki dan bertanggung jawab atas suksesnya program. Sayangnya, seperti pada pertemuan-pertemuan yang lain, pertemuan ini pun dipenuhi dengan asap rokok. Mengepul-ngepul memenuhi ruangan yang panas. Mulek, membuat dada ampek.....

Kamis, 8 Des 2011
Wassalam,
LN

0 komentar

Posting Komentar

Silakan tulis tanggapan Anda di sini, dan terima kasih atas atensi Anda...