Pages

Minggu, 04 Desember 2011

Ultah di Dlundung

Pukul 08.30. Cuaca agak mendung. Tapi kami berangkat menuju Dlundung, menengok kegiatan pelatihan ketahanmalangan peserta SM-3T (Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Tertinggal, Terluar). Sebetulnya saya disediakan mobil Unesa, tapi karena kami masih ada tamu, dan mas Ayik menginginkan untuk mengantarkan saya, maka teman-teman panitia saya minta berangkat lebih dulu bersama driver kampus.

Dlundung mendung ketika kami datang pada pukul 10.30-an. Sejak dari pintu masuk camping ground, para peserta SM-3T sdh terlihat, dengan kaus abu-abu dan scarf oranye-nya. Bergerombol-gerombol. Di antara mereka ada sejumlah orang berkaus hitam kombinasi kuning, yang di punggungnya bertuliskan 'instruktur'. Merekalah para pelatih dan pendamping. Tim yang terdiri dari dosen FIK, dokter, anggota TNI, anggota Menwa, dan anggota Pramuka, serta belasan mahasiswa senior.

Kami turun dari mobil dan disambut dgn teriakan pak Tutur Jatmiko serta bu Nanik Indahwati. 'Selamat datang, Prof (Prof, panggilan yg tdk terlalu saya sukai). Mereka adalah dua orang dosen FIK, yang di mata saya, begitu luar biasa. Bu Nanik (sebentar lagi doktor, tinggal menunggu ujian terbuka), adalah coordinator prakondisi peserta SM-3T. Sedangkan pak Tutur adalah koordinator kegiatan outdoor, termasuk pelatihan ketahanmalangan. Pengalamannya dalam menangani kegiatan outbond begitu terlihat dari caranya mengemas kegiatan prakondisi ini menjadi begitu bermakna: penuh tantangan, kedisiplinan, kerjasama, tanggung jawab, kemandirian, sekaligus kegembiraan. Saya seperti menemukan kekuatan baru dengan adanya bu Nanik dan pak Tutur, dua di antara tim inti program SM-3T yang sangat bisa diandalkan.

Ternyata saya dan mas Ayik datang bersamaan dengan bu Trisakti (doktor Seni Rupa), yang juga tim inti program SM-3T. Dia adalah koordinator rekrutmen. Komitmennya sangat mengagumkan. Dia orang yang super cermat, pekerja keras, dan sangat menyenangkan karena begitu humoris. Kalau pekerjaannya tidak kunjung selesai sementara deadline semakin mengejar, atau bila ada salah satu teman melakukan kesalahan prosedur, maka yang dilakukannya adalah melempar joke segar sehingga suasana kerja tetap menyenangkan meski di bawah tekanan, sepanjang hari. Kegemarannya memotret  membuatnya cepat terpisah dari kami, menyelinap di antara tenda-tenda peserta, bergerak dari satu titik ke titik yang lain, memotret ke sana kemari. Seperti halnya bu Nanik dan pak Tutur, bagi saya, bu Trisakti bagai tiang utama dalam bangunan SM-3T. Kinerjanya sudah sangat teruji.

Kami berempat, saya, pak Tutur, bu Nanik, dan bu Trisakti, membaur dengan peserta. Mereka baru saja melakukan berbagai aktivitas outdoor, dan sekarang sedang bersiap utk makan siang. Konsumsi makan sehari-hari harus mereka adakan sendiri, dengan sejumlah uang belanja yang disediakan panitia, dan jenis serta jumlah bahan pangan yang juga ditentukan panitia. Beberapa bahan pangan yang harus mereka bawa adalah nasi jagung, sagu, ikan asin, dan mie instan. Bahan segar bisa belanja di tempat perkemahan. Jadi siang itu kami menikmati bubur sagu yang dimasak peserta, di salah satu tenda. Bubur kental berwarna coklat tua dengan kuah santan. Gurih dan manis. Di tenda lain, peserta menyiapkan nasi jagung, ikan asin, dan sambal terasi utk makan siang mereka. Ada juga yang makan nasi putih dengan osen-oseng tahu tempe saja. Apa pun menunya, mereka semua makan dengan lahap. Ada yang menggunakan piring plastik, kertas lilin, kom nasi, kom sayur, dan yang membuat kami terpingkal-pingkal, ada juga yang menggunakan tutup dandang sabluk sebagai piring makan. Wah....wah....

Saya dan mas Ayik menyempatkan diri bergabung di tenda panitia, bersantap makan siang dengan menu utama rawon. Mas Ayik bahkan mendapatkan bonus pijet dari pak Tutur, karena kemarin dia habis jatuh dan kaki kanannya agak njarem. Dasar tukang guyon, mijetnya sambil berkelakar dan penuh dengan saling lempar olok-olokan. Kami juga menikmati jagung bakar dan mie instan di sebuah warung tenda di dekat tenda panitia. Ada juga belasan butir durian yang, karena kami sudah kekenyangan, memilih tdk ikut pesta durian.

Siang itu adalah momen yang begitu menyenangkan. Menikmati kebersamaan bersama orang-orang hebat. Di alam bebas. Di bawah rintik-rintik gerimis. Di antara pepohonan hijau yang tinggi menjulang. Berbaur dengan anak-anak bangsa yang penuh cita-cita dan harapan.

Dan yang lebih membahagiakan hati saya adalah ketika mas Ayik berkomentar: ini adalah hadiah ulang tahun yang luar biasa....

Minggu, 4 Desember 2011
Wassalam,
LN

0 komentar

Posting Komentar

Silakan tulis tanggapan Anda di sini, dan terima kasih atas atensi Anda...