Pages

Rabu, 10 Oktober 2012

Pisang Setandan Berbalas Bola Usang


Sukses, kawan. Pak Nadi, Bu Lucia, dan pak Slamet, serta seluruh peserta yang berangkat ke Sumba Timur pagi ini, semoga selamat sejahtera.

Pagi tadi, seorang peserta SM-3T yg bertugas di Pinupahar, Abdul Hamid, sms ke saya.

"Pagi ini saya mau pigi pantai dg anak2 7B.
melepas kejenuhan d hari2 trakhr mgajar sambil mendalami materi ttg bgunan2 Megalitikum dg cara membuat replika Menhir, Dolmen, Sarkofagus, Kubur Batu Punden Berundak dr pasir pantai brsm mereka.
Siapa mau ikut?
:)"

Abdul Hamid, adalah salah satu peserta SM-3T angkatan pertama yang cukup istimewa. Dia suka menulis dan membaca. Pada awal-awal penugasan, ketika kami melakukan supervisi sekaligus mengumpulkan tulisan pertama para peserta, dia bahkan sudah menyerahkan tiga tulisan. 

Membaca sms-nya, saya jadi agak melankolis. Merasakan bagaiman perasaannya menjelang perpisahannya dengan anak-anak didik yang selama setahun terus bersamanya. Sedih dan haru karena berpisah, senang karena akan bertemu keluarga dan kawan-kawannya di Jawa, bercampur aduk. Maka saya jawab sms-nya.

"Nikmati kebersamaanmu bersama mereka, Dul. Beri kesan terbaik yg tak akan pernah terlupakan sepanjang hidup mereka. Setidaknya kamu telah pernah hadir menorehkan warna dalam jiwa-jiwa mereka. Salam hangatku utk anak2 bangsa itu...." 

Saya menulis sms itu sambil membayangkan anak-anak itu. Dengan tubuh dan baju seragam dekilnya, namun keceriaan dan semangat terpancar kuat dari wajah dan sorot matanya. 

"Insya Allah.
Sayangnya tahun ini sekolah saya tdk dpt Ibu Bpk Guru dr Jawa lagi Bu." Begitu jawaban Abdul Hamid.

Saya sebenarnya sedang di Juanda, mengantar pemberangkatan para peserta, ketika sms Abdul Hamid saya terima pagi tadi. Maka setelah membaca sms-nya pun, saya kembali dengan aktivitas saya. Membantu bu Lucia mengecek kehadiran peserta, memastikan mereka sudah makan pagi, dan juga menguatkan hati mereka dan keluarganya yang hampir semuanya menangis karena akan berpisah selama setahun. Saya benar-benar pada situasi yang penuh haru. Bagaimana pun saya seorang ibu. Berpisah dengan anak, dalam rangka mengemban tugas pengabdian, di tempat yang kita tidak tahu seberat apa tantangannya, tentu bukan sesuatu yang ringan. Apalagi sebagian besar dari mereka adalah perempuan.

Kemarin pagi, bahkan salah seorang dari mereka sudah mengundurkan diri. Diantar bapaknya, bapak dan anak itu menangis ketika menyampaikan maksudnya. Si anak sangat ingin berangkat, tapi ibunya tidak mengizinkan. Hanya berpisah selama dua minggu saja, untuk mengikuti prakondisi, ibunya sudah sakit terus-menerus sampai opname. Maka bapak yang sebenarnya sangat memahami keinginan anak perempuannya itu pun, tidak berdaya. Si anak tidak punya pilihan. Maka dengan sangat berat hati dia minta izin mengundurkan diri, demi ibunya. Air matanya berderai-derai ketika dia mencium tangan saya. Saya peluk dia dan saya katakan, "kamu yang ikhlas. Demi ibu. Kalau niatmu adalah demi membahagiakan orang tua, insyaallah Allah akan menggantinya dengan sesuatu yang lebih baik. Kuncinya, yang ikhlas."

Tentu saja saya sangat memahami kesedihannya. Pada saat itu teman-temannya sedang mengikuti tes kepribadian, dan dia hanya bisa menyaksikan saja betapa luar biasa semangat teman-temannya itu. Dia sebenanrnya memiliki semangat yang sama, namun kesempatan itu telah terenggut dari hidupnya, setidaknya untuk saat ini.

Tiba-tiba ponsel saya berbunyi. Sms dari Abdul Hamid lagi. "td pagi ada murid yg datg bw pisang 1 tandan utk saya.
Mereka sering bw kelapa utk kami, atas kemauan sndri.
Mgkn saya cm bs tgalkn bola sepak usang yg biasa saya pake main dg mereka."

Saya langsung menjawab sms tersebut. "Kelihatannya memang hanya sebuah bola sepak usang, dul. Tapi banyak kenangan manis terekam bersama bola usang itu. Dan mereka akan selalu mengingatnya, bahkan kelak jika bola itu sudah benar-benar usang dan tidak mungkin bisa digunakan lagi.... Kenangan itu akan tetap tersimpan."

Perasaan Abdul Hamid mungkin sedang mello saat ini. Dan saya mengimbanginya. Sama mellonya dengan perasaan anak-anak dan para orang tuanya itu. Mereka saling berangkulan, mata mereka memerah dan basah, dan saya sibuk menghiburnya. Memastikan mereka semua akan baik-baik saja di sana, di tempat tugas mereka. 

Tahun ini Unesa memberangkatkan 178 peserta SM-3T. Mereka disebar ke Sumba Timur, Talaud, Aceh Singkil, dan Maluku Barat Daya. Semoga Allah SWT meridhoi mereka semua, menguatkan fisik dan mental mereka, dan memudahkan segala urusan mereka selama mengemban tugas pengabdiannya. Amin YRA.

Wassalam,
LN

0 komentar

Posting Komentar

Silakan tulis tanggapan Anda di sini, dan terima kasih atas atensi Anda...