Pagi ini, bertempat di Gedung Serba Guna Unesa, dilaksanakan Rapat
Terbuka Senat Universitas Negeri Surabaya dalam Rangka Dies Natalis
ke-48. Seperti biasa, acara dibuka dengan menyanyikan lagu kebangsaan
Indonesia Raya, dilanjutkan dengan mengheningkan cipta dan pembukaan
Rapat Terbuka oleh Rektor Unesa, Prof. Dr. Muchlas Samani.
Selanjutnya
acara dilanjutkan dengan orasi ilmiah oleh Ketua Komnas Hak Asasi
Manusia (HAM). Dr. Otto Nur Abdullah, Ketua Komisi HAM, mengemukakan
berbagai hal terkait dengan awal mula terbentuknya Komisi HAM, tujuan,
pengertian, dan juga menjelaskan panjang lebar tentang relasi historis
antara bangsa dan negara.
Inilah sekelumit tentang konsep relasi historis antara bangsa dan negara itu.
Pertama,
untuk negara-negara modern yang terlebih dahulu ada seperti Perancis,
Spanyol dan Inggris, maka negara yang menciptakan bangsa. Negaralah yang
mendefinisikan bangsa sehingga identitas nasional merupakan proyek
politik para elite.
Kedua, untuk negara-negara yang baru merdeka
setelah Perang Dunia I dan II, maka bangsa lebih dahulu terbentuk
daripada negara. Bangsa membentuk negara. Bangsa mendefinisikan negara.
Oleh karena itu negara-negara demikian diperjuangkan oleh bangsa,
bahu-membahu antar warganegara. Karena itu pula negara disebut sebagai
sebuah republik, untuk menegaskan bahwa negara diperuntukkan bagi
bangsa, bukan sebaliknya.
Untuk Indonesia, menurut Otto, bila
kita mengacu pada sejarah politik, dengan kemunculan gerakan kebangsaan,
yakni gerakan nasionalisme sessionist yang bangkit sejak awal abad 20,
maka Indonesia merupakan negara yang dibentuk oleh bangsa. Bangsa
Indonesia-lah yang melahirkan Republik Indonesia, sehingga peruntukan
negara bagi bangsa direfleksikan dalam mukaddimah konstitusi, UUD 1945,
yakni negara diciptakan dalam perspektif HAM, untuk memberikan hak-hak
asasi manusia yang melekat pada setiap warganegara Republik Indonesia.
Namun
dalam perjalanan politik setelah negara dibentuk, seakan-akan bangsa
menjadi persembahan untuk negara. Nasionalisme menjadi proyek elite
politik. Nasionalisme dikonstruksi untuk memobilisasi setiap warganegara
bagi kepentingan politik elite. Nasionalisme menjadi ideologi yang
memaksa. Akibatnya negara bukan berkembang menjadi inklusif terhadap
bangsa, akan tetapi tumbuh menjadi ekslusif terhadap bangsa sehingga
tidak mampu menampung kemajemukan atau ke-bhinneka-an warga bangsa.
Padahal kemajemukan itu selalu hadir dalam interaksi politik (bernegara)
dalam kehidupan sehari-hari hingga saat ini.
Otto juga
mengingatkan betapa bahayanya apabila nasionalisme menjadi proyek elite
politik. Negara akan menelan bangsa yang justeru telah menciptakan
negara. Menurut Otto, di sinilah pentingnya kehadiran akademisi, atau
kaum intelektual pada umumnya, yakni untuk menyumbangkan pemikirannya
yang dapat mengingatkan asal-usul kita berbangsa dan bernegara dan,
secara kritis mengoreksi pemikiran tentang nasionalisme yang telah
didominasi oleh elite negara, lalu mengorientasikan ke arah yang
sesungguhnya sehingga warga bangsa dapat hidup sehat.
Tentu saja
masih banyak hal yanh dikemukakan oleh Otto. Termasuk beberapa lontaran
pertanyaan: sudahkah negara, dalam hal ini pemerintah, melakukan
penegakan HAM dengan memberikan kebenaran pada para korban pelanggaran
HAM dan ahli warisnya? Apakah negara, dalam hal ini pemerintah, sudah
dan sedang melakukan perlindungan, pemajuan dan pemenuhan hak asasi
manusia bagi setiap warganegara?
Menutup orasinya, Otto
mengucapkan terimakasih dan penghargaan pada Unesa yang telah memberikan
kesempatan pada Komnas HAM untuk berpartisipasi dalam acara peringatan
berdirinya akademi ini yang ke-48. Sebuah usia yang sudah sangat matang
dalam berakademi di Republik ini.
Dirgahayu, Unesa. Semoga tetap jaya, sebagaimana yang selalu dikumandangkan dalam lagu Mars Unesa.
"Semangat berjuang mengabdi nusa bangsa
Kembangkan ilmu dan seni, membangun berdasarkan Pancasila
Siaga bela negara, tingkatkan peranan sumber daya manusia, demi Indonesia tercinta.
Wujudkan, amalkan ilmu, iman dan takwa,
UNESA TETAP JAYA....."
Gedung GSG, Kampus Unesa, 27 Desember 2012
Wassalam,
LN
Rabu, 26 Desember 2012
Dies Natalis Unesa 2012: Bangsa, Negara, Nasionalisme dan HAM
Label:
Unesa
Diposting oleh
Luthfiyah Nurlaela
di
Rabu, Desember 26, 2012
0 komentar
Posting Komentar
Silakan tulis tanggapan Anda di sini, dan terima kasih atas atensi Anda...