Pages

Rabu, 26 Desember 2012

Dies Natalis Unesa 2012: Bangsa, Negara, Nasionalisme dan HAM

Pagi ini, bertempat di Gedung Serba Guna Unesa, dilaksanakan Rapat Terbuka Senat Universitas Negeri Surabaya dalam Rangka Dies Natalis ke-48. Seperti biasa, acara dibuka dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, dilanjutkan dengan mengheningkan cipta dan pembukaan Rapat Terbuka oleh Rektor Unesa, Prof. Dr. Muchlas Samani.

Selanjutnya acara dilanjutkan dengan orasi ilmiah oleh Ketua Komnas Hak Asasi Manusia (HAM). Dr. Otto Nur Abdullah, Ketua Komisi HAM, mengemukakan berbagai hal terkait dengan awal mula terbentuknya Komisi HAM, tujuan, pengertian, dan juga menjelaskan panjang lebar tentang relasi historis antara bangsa dan negara.

Inilah sekelumit tentang konsep relasi historis antara bangsa dan negara itu.

Pertama, untuk negara-negara modern yang terlebih dahulu ada seperti Perancis, Spanyol dan Inggris, maka negara yang menciptakan bangsa. Negaralah yang mendefinisikan bangsa sehingga identitas nasional merupakan proyek politik para elite.

Kedua, untuk negara-negara yang baru merdeka setelah Perang Dunia I dan II, maka bangsa lebih dahulu terbentuk daripada negara. Bangsa membentuk negara. Bangsa mendefinisikan negara. Oleh karena itu negara-negara demikian diperjuangkan oleh bangsa, bahu-membahu antar warganegara. Karena itu pula negara disebut sebagai sebuah republik, untuk menegaskan bahwa negara diperuntukkan bagi bangsa, bukan sebaliknya.

Untuk Indonesia, menurut Otto, bila kita mengacu pada sejarah politik, dengan kemunculan gerakan kebangsaan, yakni gerakan nasionalisme sessionist yang bangkit sejak awal abad 20, maka Indonesia merupakan negara yang dibentuk oleh bangsa. Bangsa Indonesia-lah yang melahirkan Republik Indonesia, sehingga peruntukan negara bagi bangsa direfleksikan dalam mukaddimah konstitusi, UUD 1945, yakni negara diciptakan dalam perspektif HAM, untuk memberikan hak-hak asasi manusia yang melekat pada setiap warganegara Republik Indonesia.

Namun dalam perjalanan politik setelah negara dibentuk, seakan-akan bangsa menjadi persembahan untuk negara. Nasionalisme menjadi proyek elite politik. Nasionalisme dikonstruksi untuk memobilisasi setiap warganegara bagi kepentingan politik elite. Nasionalisme menjadi ideologi yang memaksa. Akibatnya negara bukan berkembang menjadi inklusif terhadap bangsa, akan tetapi tumbuh menjadi ekslusif terhadap bangsa sehingga tidak mampu menampung kemajemukan atau ke-bhinneka-an warga bangsa. Padahal kemajemukan itu selalu hadir dalam interaksi politik (bernegara) dalam kehidupan sehari-hari hingga saat ini.

Otto juga mengingatkan betapa bahayanya apabila nasionalisme menjadi proyek elite politik. Negara akan menelan bangsa yang justeru telah menciptakan negara. Menurut Otto, di sinilah pentingnya kehadiran akademisi, atau kaum intelektual pada umumnya, yakni untuk menyumbangkan pemikirannya yang dapat mengingatkan asal-usul kita berbangsa dan bernegara dan, secara kritis mengoreksi pemikiran tentang nasionalisme yang telah didominasi oleh elite negara, lalu mengorientasikan ke arah yang sesungguhnya sehingga warga bangsa dapat hidup sehat.

Tentu saja masih banyak hal yanh dikemukakan oleh Otto. Termasuk beberapa lontaran pertanyaan: sudahkah negara, dalam hal ini pemerintah, melakukan penegakan HAM dengan memberikan kebenaran pada para korban pelanggaran HAM dan ahli warisnya? Apakah negara, dalam hal ini pemerintah, sudah dan sedang melakukan perlindungan, pemajuan dan pemenuhan hak asasi manusia bagi setiap warganegara?

Menutup orasinya, Otto mengucapkan terimakasih dan penghargaan pada Unesa yang telah memberikan kesempatan pada Komnas HAM untuk berpartisipasi dalam acara peringatan berdirinya akademi ini yang ke-48. Sebuah usia yang sudah sangat matang dalam berakademi di Republik ini. 

Dirgahayu, Unesa. Semoga tetap jaya, sebagaimana yang selalu dikumandangkan dalam lagu Mars Unesa.

"Semangat berjuang mengabdi nusa bangsa
Kembangkan ilmu dan seni, membangun berdasarkan Pancasila
Siaga bela negara, tingkatkan peranan sumber daya manusia, demi Indonesia tercinta.
Wujudkan, amalkan ilmu, iman dan takwa,
UNESA TETAP JAYA....."

Gedung GSG, Kampus Unesa, 27 Desember 2012

Wassalam,
LN

0 komentar

Posting Komentar

Silakan tulis tanggapan Anda di sini, dan terima kasih atas atensi Anda...