Pages

Rabu, 19 Desember 2012

Sebotol Air Mineral

Saya memasuki kelas itu. Sebuah kelas di gedung K-10, gedung baru di Pascasarjana Unesa. Sejuk, bersih. Meski di luar gedung, beragam bahan bangunan masih menumpuk, karena memang pembangunan gedung baru Pacasarjana Unesa ini belum selesai. Pasir, batu, semen, kayu-kayu, dan juga alat-alat bangunan. 

Ada dua puluh dua mahasiswa di kelas itu. Mereka sudah duduk rapi di kursinya masing-masing. Kursi yang diatur di sepanjang dinding, membentuk huruf U, dan meja dosen ada di depan mereka. Sebuah LCD gantung sudah dinyalakan, siap digunakan. Dan, seperti biasa, sebotol air mineral di atas meja dosen.

Para mahasiswa ini adalah guru-guru berprestasi, wakil dari berbagai penjuru Indonesia: Sumut, Sumbar, Kalsel, Sulteng, Jatim, Jateng, dan DIY. Mereka diseleksi di tingkat kabupaten, lanjut ke tingkat provinsi, kemudian di tingkat pusat. Mereka didanai dengan beasiswa dari Direktorat Pembinaan SD Kemdikbud untuk menempuh perkuliahan di S2 Manajemen Pendidikan PPs Unesa. Jumlah beasiswa mereka lumayan, 48 juta rupiah setahun, 19,5 juta rupiah di antaranya untuk biaya hidup dan pembelian bahan referensi. Tentu saja beasiswa itu diterimakan dalam bentuk fresh money, masuk ke rekening pribadi mereka masing-masing. 

Sekitar tujuh puluh lima persen dari guru-guru tersebut sudah memiliki sertifikat pendidik. Demi mengikuti program ini, mereka merelakan tunjangan profesi dan tunjangan fungsionalnya. Hanya gaji pokok yang diterima setiap bulan selama mereka bersekolah. Tidak masalah. Kesempatan mengambil program S2 ini adalah peluang emas yang tidak semua guru bisa memperolehnya.

Seorang mahasiswa, Masri namanya, segera bangkit dari duduknya begitu dia melihat saya mengurai charger laptop. Dengan senang hati saya pun menyerahkan charger itu dan membiarkan Masri menancapkannya ke stop kontak. Saya sebenarnya bisa melakukannya sendiri, tentu saja, tapi saya selalu menikmati perhatian-perhatian kecil dari para mahasiswa saya. Perhatian-perhatian kecil sebagai bentuk kepedulian. 
Bukankah 'peduli' merupakan salah satu karakter yang perlu terus dikembangkan?

Siang ini kami akan membahas model-model pembelajaran, melanjutkan materi minggu yang lalu. Dua mahasiswa sudah mempresentasikan model pembelajaran langsung dan model kooperatif minggu kemarin. Saatnya sekarang bicara model yang lain. Elisatra, seorang mahasiswa mantan kepala sekolah, menyampaikan bagaimana memilih strategi pembelajaran. Dilanjutkan rekannya, Anifatul, yang mengemukakan model pembelajaran berbasis masalah dan model berbasis penemuan. Diskusi berjalan lancar. Ada cukup banyak tambahan yang saya berikan. Terutama menyangkut penerapan berbagai model itu di lapangan. 

Seorang mahasiswi yang manis, Eni Priyani, menanyakan bagaimana penerapan model pembelajaran itu bisa diterapkan di SD kelas enam? Sementara mereka harus menuntaskan materi sebelum menempun UN? Cukupkah waktu bagi guru untuk melakukan pembelajaran dengan menerapkan model-model tersebut?

Diskusi berkembang menjadi berlarut-larut karena pertanyaan Eni. Perbedaan pendapat di antara mereka cukup tajam. Saya akhirnya mencoba menjadi penengah. Saya ajak mahasiswa melakukan refleksi diri terkait dengan tugas mereka mengajar siswa kelas enam SD.  Saat para guru di satu sisi harus menuntaskan target pembelajaran, namun di sisi lain harus mempersiapkan siswa-siswa menyambut UN. Maka apa yang dilakukan guru? Latihan soal-soal, drill, dan try out-try out. Mana sempat berpikir tentang model pembelajaran kooperarif, apalagi berbasis masalah dan penemuan? 

Kami mengakhiri perkuliahan sore itu tepat waktu. Saya tidak ingin Prof. Made Pidarta harus menunggu di luar kelas karena saya 'molor'. Wajah-wajah puas para mahasiswa membahagiakan saya. Hari ini mereka telah belajar sesuatu yang mungkin baru, atau sesuatu yang mungkin tidak baru tapi pemahaman mereka tentang sesuatu itu menjadi lebih baik. Saat saya akan mengangkat berkas tugas-tugas yang mereka kumpulkan hari ini, seorang mahasiswa spontan berdiri menghampiri. 'Mari, Ibu, saya bantu'. Katanya simpatik. Saya mengucapkan terimakasih, untuk bantuan itu, untuk perhatian dan keterlibatan penuh mereka selama perkuliahan. Juga, untuk sebotol air mineral yang telah disediakannya untuk saya hari ini.


Surabaya, 8 Desember 2012

Wassalam,
LN

0 komentar

Posting Komentar

Silakan tulis tanggapan Anda di sini, dan terima kasih atas atensi Anda...