Pages

Kamis, 08 Agustus 2013

Lebaran nih....

Pagi, adzan subuh bergema. Saya 'njrantal' bangun dari lelap saya. Maunya langsung ke kamar mandi, tapi ternyata kamar mandi yang hanya satu-satunya itu sedang terisi. Mas Ayik terdengar lagi 'jebar-jebur'. Maka saya langsung ke belakang, mengambil air wudhu, sholat di mushola. Sementara ibu dan Rini, adik ipar saya, sudah 'uplek' di dapur. Memanaskan opor, sambal goreng, rendang, bikin teh, dan entah apa lagi... Aroma wangi macam-macam makanan itu menusuk hidung, merasuk ke dalam kekhusyukan sujud saya.

Sejak semalam kami 'ngumpul' di rumah Tanggulangin. Saya sekeluarga, Dedi sekeluarga, Iwuk sekeluarga, dan bapak ibu. Rumah kecil ini jadi penuh oleh kami bersebelas. Bukan hanya karena jumlah kami yang cukup banyak, tapi juga karena ukuran kami yang hampir semua jumbo atau bahkan superjumbo. Benar. Hanya bapak dan dua cucu kecilnya, Chiro dan Gendis, saja yang berukuran kecil. Selebihnya ukuran jumbo dan superjumbo. Saya, alhamdulilah, masih masuk jumbo, belum termasuk superjumbo. Hehe.

Kami bersiap. Bergantian mandi, ganti baju, nyambi nyapu, nyiapin meja makan, dan sebagainya. Mas Ayik memandikan bapak dan membantu bapak berbusana. Bapak ingin salat 'Ied di masjid, meski sebenarnya jalan saja susah. Tidak masalah. Ada mobil yang nanti bisa membawa bapak, meski jarak rumah ke masjid tidak sampai 150 meter. Jarak segitu, sudah terlalu jauh untuk kondisi bapak. Jadilah mas Ayik, bapak, ibu, dan Dedi bermobil, sambil membawa kursi untuk duduk bapak ketika salat. Saya dan yang lain berjalan kaki, menuju sumber suara yang menggemakan takbir. Allahu akbar 3x. Laailaaha illallahu allaahu akbar. Allaahu akbar wa lillahilhamdu.

Usai salat 'Ied, seperti biasa, kami sungkem kepada bapak ibu, dimulai dari mas Ayik sebagai anak tertua, saya, adik-adik, terus cucu-cucu. Belum tuntas sungkem-sungkeman, tamu sudah mulai berdatangan. Tapi acara sungkem lanjut saja. Tamu-tamu juga pada sungkem ke bapak ibu.

Di perumahan ini, bapak ibu terhitung warga yang paling sepuh, sehingga menjadi jujugan bagi tetangga-tetangga. Selain itu, ada kebiasaan memberi angpau pada anak-anak kecil. Jadi anak-anak kecil pun kemriyek pada ke rumah, dan dik Diah, adik ipar saya, bertugas membagi angpau, uang baru-baru. Postur dik Diah yang besar, cocok sekali untuk peran itu....hehe. Layaknya juragan yang sedang bagi-bagi uang untuk para pekerjanya....

Tak berapa lama, kami kedatangan tamu agung. Sahabat kami, mas Rukin Firda, dengan dua putranya yang cakep-cakep, Lodi dan Nana. Yunie, istri mas Rukin, sedang jaga rumah ditemani anak wedok, Chacha, supaya tetap ada yang menerima tamu di rumah. 

Kami hanya 'jagongan' saja. Anak-anak ditemani Arga, di teras depan. Kami para orang tua ngobrol di gazebo. Sebenarnya kami mau mengajak makan pagi mas Rukin dan anak-anak, dengan menu kupat dan opor ayam. Ternyata menunya sama dengan menu di rumah mas Rukin. Yunie masak opor ayam juga. Meski bukan kupat, tapi lontong, sama saja, beda bungkus. 

Setelah tamu sepi, dan nampaknya siang ini tak akan banyak tamu, karena--seperti pada umumnya di perumahan--para penghuninya banyak yang langsung mudik setelah 'unjung-unjung', kami pun berkemas. Bersiap kembali ke Karah. 

Sore nanti dijadwalkan sowan-sowan ke tetangga-tetangga di Karah. Besok pagi mudik ke Tuban. Sowan ibu dan saudara-saudara di sana. Pakdhe budhe paklik bulik mas mbak adik dan ponakan-ponakan. 'Segepok' uang baru dan berkotak-kotak kue sudah kami siapkan. Tidak hanya untuk keluarga, tapi juga untuk teman-teman dan para sahabat. 

Saatnya berbagi, saatnya bermaaf-maafan, saatnya berlebaran.....

Surabaya, 8 Agustus 2013

Wassalam,
LN

0 komentar

Posting Komentar

Silakan tulis tanggapan Anda di sini, dan terima kasih atas atensi Anda...