Pages

Sabtu, 10 Agustus 2013

Lebaran nih....(5)

Masjid Agung Tuban, icon kota Tuban.
Hari ketiga lebaran. Posisi masih di Tuban. Rencananya, siang nanti baru kembali ke Surabaya. Besok, sudah ada acara halbil di rumah, bersama teman-teman kelompok haji. So, banyak pekerjaan menunggu. Apa lagi Iyah belum balik dari mudik. Jadi musti mengerjakan semuanya sendiri, dibantu anak dan suami.

Pagi ini, setelah salat Shubuh, kami bersiap-siap lagi untuk menunaikan munajad kami. Ya, seperti kemarin. Apa lagi kalau bukan......bersepeda. Taratataaaa....

O'im dan Sa'ad sudah siap. Dua keponakan kami itu memang gemar bersepeda. Setidaknya ada bakat. O'im dan Sa'ad berusia sekitar 13 dan 11 tahun. Dari belasan keponakan kami, khususnya yang cowok, mereka yang terbesar, dan sudah memungkinkan untuk diajak bersepeda. Yang lain masih 'beyes-beyes'. Hehe.

Pagi ini kami menempuh rute yang agak berbeda dengan rute yang kami tempuh kemarin. Kalau kemarin hanya sekitar 10 km pulang-pergi, rute pagi ini sekitar 19 km. Untuk saya dan mas Ayik, itu rute ringan, tapi belum tentu untuk O'im dan Sa'ad. Maka kami membawa bekal air mineral untuk jaga-jaga kalau mereka perlu minum di tengah jalan.

Dan bercandalah kami dengan pagi yang sejuk. Kemarin kami menempuh perjalanan dari rumah langsung ke Merakurak. Saat ini, kami mengambil rute dari rumah menuju arah barat dulu, mampir di rumah adik di Banaran, baru menuju Merakurak. Jadi melingkar rutenya. 

Di Merakurak, kami akan mengambil serabeh yang sudah kami pesan kemarin. Dua puluh tangkep serabeh. Dua puluh ribu duitnya. Ya, murah bangetttt ya? Begitulah. Di sini, Anda masih bisa menemukan nasi bungkus seharga Rp. 2.000,- dan serabeh Rp. 500,- rupiah sebuah. Dengan bahan makanan yang sehat, diproses dengan relatif sehat, tanpa bahan tambahan makanan yang membahayakan bagi tubuh. Rasanya natural. Membagkitkan kenangan masa kecil. 

Saya seperti melihat sisi Tuban yang lain saat bersepeda menjelajah pedalaman seperti ini. Hamparan kebun jagung yang tanaman jagungnya mulai dari yang masih pendek, sedang, berbuah ranum siap dibakar, berbuah kering siap dipetik, semua ada. Bahkan ada juga kebun jeruk. Ya, jeruk. Kalau Tuban terkenal dengan belimbing Tasikmadu, buah srikaya, ubi dan labu kuning (waluh), siapa yang tidak tahu. Tapi ini jeruk. Mungkin ke depan, Tuban tidak hanya dikenal karena siwalannya (juga tuaknya, tentu saja), namun juga jeruknya. Siapa tahu?

Jalan-jalan di kabupaten Tuban, hampir semua beraspal mulus, bahkan sampai di pelosok-pelosok pun. Tuban memang pernah meraih prestasi sebagai kabupaten terbaik dalam hal infrastruktur. 

Berbagai industri yang sejak puluhan tahun tumbuh bak jamur di musim hujan, juga memberi perubahan yang signifikan. Penginapan, rumah makan, toko-toko, dan berbagai macam bisnis sampingan untuk melayani kebutuhan para pendatang juga tumbuh dengan pesat. Termasuk bisnis hiburan: karaouke, billyard, kafe, dan lain-lain. Perubahan musti membawa kosekuensi pada dua sisi, kebaikan dan keburukan.

Pemandangan di sepanjang jalan begitu menyegarkan mata dan jiwa. Sawah-sawah yang menghampar. Para petani yang sedang menyiapkan traktor. Air irigasi yang sedang dialirkan ke petak-petak yang akan ditanami. Para ibu bertopi lebar yang tengah mengayuh sepeda beriring-iringan. Dan....wow, matahari jingga yang begitu indah tersangkut di pepohonan. Subhanallah.... Indahnya....

Pagi ini begitu menyenangkan. Minum susu kopi di rumah adik di Banaran. Makan tempe gimbal panas sambil menunggu serabeh dan nasi pecel bungkus. Beramah tamah dengan orang-orang, dengan alam yang ramah. 

Hidup begitu lengkap. Begitu penuh warna. Begitu banyak cerita. Cerita tentang lebaran yang penuh suka cita, hanyalah salah satunya.....

Tuban, 10 Agustus 2013

Wassalam,
LN

0 komentar

Posting Komentar

Silakan tulis tanggapan Anda di sini, dan terima kasih atas atensi Anda...