Mereka adalah orang tua, adik, kakak, kerabat para peserta SM-3T. Sengaja disediakan waktu malam ini, selama dua jam, mulai jam 19.00-21.00, untuk mereka bisa bersemuka dengan para peserta SM-3T. Menukar pakaian dan barang-barang mereka untuk dibawa pulang, dan diganti dengan pakaian dan barang-barang untuk dibawa pergi ke tempat tugas. Melampiaskan rasa rindu mereka, pesan-pesan, doa-doa, karena setahun ke depan, mungkin mereka tak akan bersua.
Tidak ada pertemuan lagi setelah ini. Sebagian besar dari 190 peserta itu, akan diberangkatkan ke lokasi penugasan pada tanggal 13 September dini hari. Berangkat dari Kodikmar pada pukul 03.00, menuju Bandara Juanda, dan pesawat akan membawa mereka ke berbagai tujuan pada sekitar pukul 06.00.
Sumba Timur, Aceh Singkil, Talaud, Maluku Barat Daya (MBD), Mamberamo Tengah, Mamberamo Raya, adalah daerah-daerah tujuan mereka. Setahun mengemban tugas pengabdian sebagai guru di sekolah-sekolah terpencil. Meninggalkan orang tua dan orang-orang tercinta. Mempersembahkan tenaga dan pikiran mereka, berperan serta dalam percepatan pembangunan pendidikan di titik-titik terdepan, terluar dan tertinggal, di NKRI tercinta.
Tidak ada yang tahu seperti apa daerah tempat tugas mereka. Kecuali hanya mengandalkan pada cerita-cerita dari angkatan sebelumnya, atau browsing di internet, atau informasi yang dibawa oleh para pejabat kabupaten yang memang didatangkan khusus untuk memberikan informasi tentang daerah itu. Selebihnya hanya mengandalkan pada tekad, niat tulus untuk mengabdi, doa restu orang tua dan kerabat, serta perlindungan Tuhan Yang Maha Melindungi.
Malam ini Kodikmar tiba-tiba seperti pasar tumpah. Keramaian itu sudah nampak mulai sore. Mereka berteduh di bawah pohon-pohon, berkerumun di masjid dan teras-teras. Puluhan bahkan ratusan mobil memadati hampir sepanjang jalan sejak dari depan kolam renang, memenuhi halaman, memanjang ke arah selatan, ke arah timur, sepanjang ratusan meter. Tiba-tiba saja, entah dari mana, para penjual makanan juga berjajar. Rombong-rombong mereka ada di mana-mana. Mungkin dengan mempertimbangkan kondisi para keluarga yang datang dari jauh itu, Kodikmar memperbolehkan para penjual itu untuk menggelar dagangan mereka, guna memenuhi kebutuhan makan dan minum para tamu itu.
Doa, dukungan, dan semangat, adalah harapan yang diharapkan dari para orang tua dan kerabat. Tugas berat yang harus diemban oleh para guru pengabdi itu hanya membutuhkan itu semua dari mereka. Juga pikiran positif. Juga kepercayaan dan keyakinan bahwa Allah SWT akan melindungi dan menjaga mereka dalam menjalankan tugas negara itu.
Satu tahun bukanlah waktu yang singkat. Terutama untuk sebuah perpisahan. Apa lagi kalau dalam waktu setahun itu, mereka tidak bisa saling berkabar, karena ketiadaan signal telepon seluler atau sambungan telepon satelit. Apa lagi yang bisa diandalkan, kecuali doa, keyakinan, dan pikiran baik pada perlindungan Tuhan?
Malam ini, adalah malam pertemuan itu. Saat di mana mereka bisa saling berdekatan, bertatap muka, berkangen-kangenan, sebelum berpisah untuk setahun ke depan.
Kami adalah saksi, atas air mata yang tumpah, doa-doa yang berhamburan, dan pelukan-pelukan penuh keharuan. Kami adalah saksi, atas keteguhan tekad, kebulatan semangat, dan kerelaan untuk mengabdi. Demi masa depan anak-anak bangsa. Demi keutuhan NKRI tercinta.
Kodikmar, 11 September 2013. 20.30.
Wassalam,
LN
0 komentar
Posting Komentar
Silakan tulis tanggapan Anda di sini, dan terima kasih atas atensi Anda...