Pages

Sabtu, 14 September 2013

Mamberamo (2): Digojlok karena noken

06.00 WITA. Bangun pagi dengan tubuh segar. Ferry, kru JTV, masih pulas. Saya masuk ke kamar mandi. Terdengar ketukan di pintu kamar  berkali-kali. Pasti ulah iseng teman-teman tim pendamping. 
Semalam, saya dan teman-teman tim pendamping sempat pergi ke Jayapura, sekitar 30 km dari Sentani. Semua peserta kami sewakan mobil juga, untuk berbelaja kebutuhan mereka ke plaza Sentani. Beras, sabun, hanger, dan sebagainya. 

Saya sendiri, jauh-jauh ke Jayapura, hanya untuk mencari noken. Pesanan suami tercinta. Teman-teman nggojloki saya, noken itu password bagi saya, untuk bisa dibukakan pintu oleh suami kalau pulang nanti. Maka mereka bertiga, mas Beni, mas Julianto, dan mas Theo, setia mengawal saya, dengan driver mobil charteran, mas Rahmad. Mas Rukin memilih tidur, katanya dua malam melekan, dan perlu istirahat sebelum melanjutkan perjalanan esok hari.

08.15 WITA. Kami semua sudah makan pagi di resto hotel, dengan menu nasi putih, ca sawi, telur berbumbu (mirip bumbu bali), dan tempe goreng. Ada juga roti tawar dengan pilihan isi selai dan coklat. Tentu saja, juga the dan kopi.

Kadis Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga (Dikpora) Mamberamo Raya, Isak Torobi, S.Pd, sudah hadir, dengan dua bus Damri yang disewanya untuk kami. Satu bus khusus untuk barang dan lima peserta, satu bus lagi khusus untuk kami. Kadis yang tinggi besar dan berkulit legam itu sangat ramah. Beliau bahkan menyediakan diri untuk menemani kami sepanjang perjalanan. Saya pikir beliau akan menemui kami di Kasonaweja, ibukota Kabupaten Mamberamo Raya, dengan menumpang pesawat kecil. Ternyata, beliau memilih bersama-sama naik bus, dan berspeedboat menuju Kasonaweja. Senasib sepenanggungan, katanya.

Perjalanan menuju Sarmi dimulai. Berteman mentari yang sinarnya telah cukup terik meski masih pagi. Danau Sentani yang lar biasa indah ada di sebelah kiri kami. Benar-benar indah. Dilengkapi dengan lagu-lagu khas Papua, jalan yang berkelok-kelok dan rimba, bukit, danau, menciptakan rasa takjub berbalut puji syukur. Maha Besar Allah yang telah menciptakan keindahan ini, dan Maha Pemurah Allah yang telah memberi kami kesempatan untuk menikmati ciptaan-Nya serta mengagungkan-Nya.

09.00 WITA. Danau Sentani tak nampak lagi. Berganti dengan rimba raya. Bukit-bukit tinggi menjulang yang tertutup dengan rerimbunan yang juga tinggi menjulang. Jalan tetap berkelok-kelok, naik-turun, sepi. Hanya beberapa kali bertemu dengan kendaraan pribadi dan sepeda motor. Jurang dalam ada di sebelah kiri. Pohon-pohon yang sudah kering berserak di jurang-jurang itu.

Ada yang sedikit membuat saya gulana. Sore ini kami akan tiba di Sarmi. Perhitungan kami, besok pagi kami sudah bisa meneruskan perjalanan menuju Kasonaweja dengan speedboat. Ternyata perhitungan kami mungkin akan meleset. Hari Minggu adalah hari beribadah dan hari keluarga untuk masyarakat Papua. Tidak ada orang bekerja. Maka speedboat pun harus disandarkan. Artinya kami harus menginap semalam lagi di Sarmi. Oh God...

Ya sudah, mari nikmati saja perjalanan ini.

Sabtu, 14 September 2013.

Wassalam,
LN

0 komentar

Posting Komentar

Silakan tulis tanggapan Anda di sini, dan terima kasih atas atensi Anda...