Pages

Jumat, 07 Juni 2013

Sumba Timur (1): Seminar Pendidikan yang Membanggakan

Keharuan saya tumpah pagi ini begitu memasuki ruangan Gedung Nasional. Semua kursi di ruang itu penuh. Ada backdrop cukup besar terpampang di depan yang menjadi pusat perhatian. Ada banner besar di sisi kiri, warnanya merah muda. Dua layar LCD di sisi kanan kiri backdrop yang di depannya tertata meja panjang dan kursi-kursi.

Saya benar-benar terharu. Ternyata peserta seminar ini begitu banyak. Padahal tadi malam, ketika berkoordinasi dengan para panitia, peserta yang sudah memberikan konfirmasi kehadiran baru 49 orang. Tapi saya membesarkan hati panitia. Optimis saja. Empat puluh sembilan itu sudah bagus. Prediksi kasarnya, kalau 49 sudah positif, maka kemungkinan besar yang hadir lebih dari 49. Biasanya jumlah peserta seminar akan membludak justeru pada hari H. 

Mereka, para peserta seminar itu, adalah kepala sekolah dan guru dari seluruh pelosok Sumba Timur. Beberapa wajah saya kenal dengan sangat baik karena saya pernah berkunjung ke sekolah-sekolah. Mereka datang dari Pinupahar, Tabundung, Mahu, Matawai Lapau, Pahunga Lodu, dan dari kecamatan lainnya. Tidak tangung-tanggung, dua belas jam perjalanan mereka tempuh dengan menumpang oto (bus kayu/truk). Karena jauh dan sulit medan yang harus ditempuh, mereka berangkat kemarin. 

Pagi ini mereka semua ada di sini. Sekitar 250 orang. Semua kursi berpenghuni. Hebat. Luar biasa. Ini bukti mereka begitu haus akan informasi. Juga bukti bahwa publikasi panitia kegiatan berhasil dengan sukses. Membanggakan sekali.  
Semalam, sebenarnya saya agak pesimis acara bisa dimulai tepat waktu. Saya pikir akan molor barang setengah atau satu jam. Ternyata tiga puluh menit sebelum pukul 09.00 WITA, saya sudah ditelepon oleh panitia, kalau acara sudah siap, dan peserta sudah banyak yang datang. 

Tema seminar adalah 'Mendidik dengan Karakter untuk Meningkatkan Potensi Peserta Didik'. Pelaksanaannya di Gedung Nasional Umbu Tipuk Marisi (biasa disebut Gedung Nasional), Waingapu.
Kegiatan ini merupakan kerja sama antara Peserta SM-3T Unesa, Program PPG Unesa, dan Dinas PPO Kabupaten Sumba Timur. Disponsori oleh Telkomsel dan Aquamor.

Perfect. Saya katakan, acara ini sangat sukses. Melampaui ekpektasi saya. Semalam, mereka konsultasi tentang bagaimana mengemas diskusi, apa peran moderator, apa yang harus dilaporkan oleh ketua panitia, dan sebagainya. Hari ini mereka melakukan semuanya dengan sangat baik. 
Acara demi acara pun berjalan dengan sangat lancar. Dimulai dengan menyanyikan lagi Indonesia Raya, pembacaan doa, sambutan dan pembukaan, acara inti, dan hiburan-hiburan. Sound system-nya sempurna. Perpindahan dari satu acara ke acara lainnya mengalir. Tidak ada jeda waktu yang terbuang.

Oya, ada yang unik. Pada saat mengantarkan acara, pembawa acara menyampaikan supaya selama acara berlangsung, peserta seminar tidak diperkenankan merokok atau mengunyah sirih pinang. Himbauan yang sangat khas dalam pertemuan-pertemuan formal di daerah NTT.

Acara dibuka oleh Kepala Dinas PPO, mewakili bupati yang tidak bisa hadir karena ada pejabat dari pusat. Sebelum sambutan kepala dinas, tari remo dibawakan dengan gemulai oleh salah seorang peserta SM-3T. Hiburan lainnya adalah pantomim dan paduan suara. Bagus, menarik, rancak.
Sangat menghibur dan mengundang kekaguman. Aplaus panjang seringkali mewarnai rangkaian acara tersebut. 
  
Keynote speaker pada seminar ini adalah Ruben Nggulindima, S.Sos., M.Pd, Sekretaris Dinas PPO Sumba Timur. Materinya adalah kebijakan Dinas PPO dalam pengembangan karakter melalui pendidikan. Saya sendiri menyampaikan materi hakekat guru, dan Dr. Suryanti (PD 2 Program PPG) memberikan materi inmplementasi pendidikan karakter dalam pembelajaran.  
Peserta mengikuti materi demi materi dengan begitu penuh perhatian. Mengingat siapa audience, saya mempresentasikan banyak gambar dalam tayangan saya. Foto anak-anak sekolah di Sumba Timur dengan berbagai aktivitas mereka (mengambil air, mencari sayuran di kebun, bermain di sekolah, dan sebagainya), kondisi sekolah, aktivitas guru-guru (baik guru asli Sumba Timur maupun guru-guru SM-3T), kondisi alam dan masyarakat Sumba Timur, dan seterusnya. Saya juga menayangkan foto-foto yang menggambarkan kemajuan dan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi saat ini, dan betapa jauh ketertinggalan Sumba Timur dengan dunia luar. Oleh sebab itu, Sumba Timur, terutama dalam bidang pendidikannya harus memacu diri supaya tidak semakin jauh tertinggal. Guru-guru merupakan ujung tombak dalam mengejar ketertinggalan itu. Maka guru harus memiliki pengetahuan, keterampilan, jejaring, dan di atas semua itu, guru harus berkarakter. Saya tampilkan berbagai bukti hasil penelitian dan survey, betapa karakter menjadi tuntutan dan faktor utama agar mampu bertahan dalam perkembangan dunia seperti apa pun. 

Setelah sesi saya, bu Yanti menyampaikan materinya dengan cara yang tak kalah menarik. Dia memperagakan dengan sangat gamblang bagaimana karakter diintegrasikan dalam pembelajaran. Dia mendemonstrasikan pembelajaran yang mengaktifkan siswa dengan media kertas, botol air mineral, gelas, dan beberapa alat yang ada di sekitarnya. Beberapa guru dipanggilnya untuk memperagakan percobaan-percobaan sederhana seolah mereka adalah siswa sekolah. Menyenangkan dan sangat mencerahkan sekali.

Pada sesi tanya jawab, tidak terduga, guru-guru dari pedalaman itu begitu antusias mengangkat tangannya untuk mengambil kesempatan tersebut. Namun karena waktu sangat terbatas, hanya lima orang saja yang diberi kesempatan bertanya. Beberapa buku kami serahkan sebagai apresiasi pada mereka yang telah bertanya dan memperagakan percobaan, termasuk buku 'Ibu Guru, Saya Ingin Membaca', buku hasil tulisan para peserta SM-3T, yang dikompilasi oleh wartawan senior Jawa Pos, Rukin Firda.

Hari ini begitu menyenangkan. Bukan hanya karena suksesnya acara seminar. Namun nilai-nilai yang terbangun di balik kesuksesan itu. Ini adalah bukti kerja keras dan kerja cerdas dari anak-anak kami ini. Mereka telah menorehkan satu catatan indah di benak para guru di Sumba Timur. Mereka telah melakukan tindakan nyata untuk membawa mereka pada peradaban yang lebih terbuka, saling menghargai, dan menempatkan pendidikan dan anak didik sebagai titik sentral pembangunan di semua bidang. 

Gedung Nasional, Waingapu, Sumba Timur. 8 Juni 2013.

Wassalam,
LN

0 komentar

Posting Komentar

Silakan tulis tanggapan Anda di sini, dan terima kasih atas atensi Anda...