Pages

Sabtu, 08 Juni 2013

Sumba Timur (2): Menuju Selura

Salah satu kondisi alam; anak-anak harus menyeberangi
sungai yang berbahaya bagi keselamatan mereka.
Selura. Nama pulau ini begitu memenuhi benak saya. Konon, adalah pulau yang indah. Termasuk dalam wilayah Kecamatan Karera. Bagian selatan Sumba Timur. Selama dua angkatan program SM-3T, kami belum pernah ke Selura. Mencocokkan waktu monev dengan kondisi laut tidaklah terlalu mudah. 

Pagi ini ada dua armada. Satu armada, dengan mobil double gardan, menuju Pinupahar, kecamatan terjauh di Sumba Timur. Bapak Rektor sudah pernah mencapai tempat itu pada monev tahun lalu. Armada ini terdiri dari Dr. Suyatno, Kahumas Unesa dan Dr. Suryanti, PD2 P3G Unesa. Dua pejabat itu didampingi (lebih tepatnya 'ditunuti') oleh tujuh peserta SM-3T. Mereka adalah para peserta dari Tabundung dan Pinupahar. Anak-anak itu merapat ke kota Waingapu beberapa hari ini dalam rangka seminar pendidikan yang kemarin telah sukses diselenggarakan. 

Armada yang lain adalah mobil panther touring dengan driver setianya, Oscar Adiyiwa, 'koordinator transportasi' kami di Sumba Timur. Saya bersama Drs. Abdurrahman Tuasikal, M.Pd ada di armada ini. Mantan dekan FIK itu begitu membuat kami kagum. Dalam kondisi apa pun, puasa daudnya terus bertahan. Hari ini beliau juga puasa, tak peduli sejauh dan seberat apa pun medan yang akan kami tempuh.

Oya, selain kami berdua, ada bapak Rasyid, guru SD Inpres Pulau Selura. Usianya 53 tahun. Mengajar di Selura sudah 37 tahun, sejak 1984. Aslinya dari Alor. Beliau kemarin turun ke kota dalam rangka mengikuti seminar. Menumpang perahu nelayan dari Selura ke Katundu dengan jarak tempuh sekitar satu jam, lanjut menumpang oto menuju Waingapu dengan jarak tempuh sekitar tujuh jam. Demi menimba pengetahuan dan wawasan.

Dengan pak Rahman dan pak Rasyid.
Selain Bapak Rasyid, ada Tamam, datang khusus untuk memandu kami menuju Selura. Dia memang ditugaskan di Selura. Juga ada Zia Zatul, lurah SM-3T. Yang lain adalah Lukman dan Sigit.

Kami berangkat dari Hotel Elvin pada 06.30 WITA. Baru kali ini kami melakukan monev dengan mobil penuh penumpang. Di rute Pinupahar ada sepuluh orang, sedang yang ke Selura ada delapan orang. Yang ke Pinupahar, lima peserta yang kebanyakan perempuan, terpaksa duduk di bak belakang, karena tempat duduk tentu saja tidak cukup. Namun bagaimana pun, itu masih jauh lebih nyaman, daripada naik oto. 

Cuaca tidak terlalu bagus hari ini. Heri yang di Selura mengabarkan Selura hujan deras dan dia berharap Waingapu tidak hujan. Karena kalau Waingapu hujan deras, sungai di Gongi bisa banjir dan itu artinya, kita tidak bisa melanjutkan perjalanan menuju Selura. 

Sebagaimana kondisi alam Sumba pada umumnya, bukit-bukit, padang sabana, hutan, lembah dan ngarai, mewarnai perjalanan kami. Gerombolan kuda yang sedang merumput dan berlarian di bukit-bukit. Sawah-sawah yang padinya mulai menguning menghampar indah di bawah sana. 

Namun gerimis yang rapat dan kabut tebal mengaburkan puncak-puncak bukit. Menyembunyikan kontur lembah-lembah. Dan, sejujurnya, memunculkan kegelisahan di hati kami. Kami hanya bisa berharap, Tuhan cukup mengirimkan gerimis, mendung dan kabut saja. Namun tidak sampai mengirimkan hujan deras apalagi sampai meluapkan air sungai Gongi. 

Izinkan kami mencapai Selura, ya Allah. Dengan sepenuh perlindungan dan ridho-Mu. Amin YRA.

Bersambung...

Tanarara, Matawai Lapau, Sumba Timur, 9 Juni, 2013. 09.30 WITA. 


Wassalam,
LN

0 komentar

Posting Komentar

Silakan tulis tanggapan Anda di sini, dan terima kasih atas atensi Anda...