Pages

Selasa, 08 April 2014

Baca, Baca, Baca!!!

Salah satu tagihan akhir mahasiswa adalah menulis tugas akhir atau skripsi. Di Unesa, pada umumnya, tugas akhir (TA) merupakan tagihan untuk mahasiswa program D3, sedangkan menulis skripsi merupakan tagihan untuk mahasiswa S1.

Menulis TA dan skripsi memerlukan keterampilan yang kompleks. Tidak hanya menyangkut wawasan dalam bidang kajian yang akan ditulis, namun juga kemampuan memahami dan melaksanakan penelitian. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah keterampilan menulis itu sendiri.

Sebagai mahasiswa semester terakhir, seharusnya kemampuan menulis sudah dimiliki, setidaknya keterampilan menulis dasar. Sejak semester awal, tugas-tugas yang berkaitan dengan membaca dan menulis sudah sering diberikan oleh dosen, misalnya dalam bentuk membuat ringkasan, menyiapkan makalah untuk presentasi, membuat proposal dan laporan kegiatan kunjungan atau karyawisata, membuat perencanaan bisnis dan laporannya, dan sebagainya. Namun ternyata, tidak semudah itu melatih keterampilan menulis mahasiswa meskipun semua proses tersebut sudah dilalui. Berbagai hal, baik dari keterbatasan dosen maupun mahasiswa sendiri, seringkali menjadi kendala dalam penulisan TA atau skripsi. 

Pada awal penulisan, mahasiswa cenderung dangkal dalam membuat rasional pentingnya ujicoba atau penelitian, tidak mampu mengidentifikasi masalah, tidak tajam dalam mendeskripsikan masalah, terkesan dipaksakan dalam menyodorkan alternatif pemecahan masalah. Landasan pustaka juga miskin referensi, kalau pun ada, lebih banyak sebagai tempelan, sangat kurang adanya analisis dan atau sintesis atas teori-teori yang digunakan sebagai landasan, tidak berhasil membuat kerangka berpikir, dan pada akhirnya gagal merumuskan hipotesis atau pertanyaan penelitian.

Belum lagi masalah tata tulis. Penulisan tanda baca seperti titik, koma, tanda tanya, titik dua, masih sering terjadi kesalahan. Membedakan awalan dan kata depan, masih banyak yang belum bisa. Membuat kalimat, masih banyak yang kacau strukturnya. Tidak memahami apa itu paragraf dan bagaimana seharusnya sebuah paragraf. Lebih-lebih dalam masalah keruntutan alur pikir, kecermatan dalam membuat kutipan, dan lain sebagainya, semuanya seperti mengajari mulai dari nol.

Khusus untuk referensi, hampir semua dosen pembimbing, khususnya dosen pembimbing mahasiswa S2,  menuntut mahasiswa tidak hanya mengandalkan pada buku-buku, namun juga memperkaya dengan artikel-artikel hasil penelitian dari jurnal, baik jurnal dalam negeri maupun luar negeri. Kemutakhiran juga menjadi tuntutan, buku atau jurnal yang diterbitkan sebelum tahun 2000, tidak diperkenankan. Sumber referensi bila diambil dari internet, tidak boleh dari wikipedia, blog dan sumber yang tidak jelas siapa penulisnya; tetapi harus diambil dari e-journal atau journal online. Hindari sumber referensi yang anonim.

Orisinalitas juga selalu menjadi perhatian bagi setiap dosen pembimbing. Ide, kalau pun bukan sama sekali baru, mahasiswa harus mempu mendeskripsikan 'state of the art' dari penelitiannya. Untuk itu dia harus mengkaji penelitian-penelitian sebelumnya yang relevan, sehingga dia bisa menunjukkan di mana kebaruan (novelty) dari penelitian yang akan dilakukannya. Juga kejujuran dalam menuliskan sumber-sumber referensi. Apa lagi pada saat-saat sekarang ini, plagiasi merupakan isu yang sangat krusial. 

Perlu kesabaran, ketelatenan, dan kemampuan memberikan motivasi saat kita membimbing mahasiswa dalam mengerjakan TA atau skripsinya. Pada awal-awal pembimbingan, setelah melihat bagaimana kualitas tulisan mereka, saya selalu tekankan, supaya mereka bersabar. Saya mungkin akan memenuhi kertas-kertas konsultasi mereka dengan banyak catatan, coretan, dan mereka harus terbiasa dengan hal tersebut. Saya yakinkan kepada mereka, bahwa mereka memerlukan proses itu. Bila mereka memahami apa yang saya tuntut, mengikuti saran-saran saya, selanjutnya mereka akan tinggal jalan saja.

Membaca tulisan yang di dalamnya banyak terjadi kesalahan tata tulis membuat saya akhirnya lebih banyak fokus membetulkan kesalahan-kesalahan itu, dan menjadi kehilangan fokus pada konten. Maka saya harus tekankan kepada mahasiswa, jangan melakukan kesalahan yang sama, perhatikan catatan-catatan saya, dan benahi tulisan dengan teliti dan cermat.

Namun, tidak semua mahasiswa memiliki kesabaran untuk dibimbing. Seringkali mereka tidak mengindahkan masukan dosen pembimbing. Kesalahan-kesalahan yang sama terus dilakukannya. Penulisan tanda baca, penggunaan awalan dan kata depan, masih berkali-kali terjadi kesalahan. Struktur kalimat dan paragraf tidak kunjung rapi. Referensi masih tetap kering kurang gizi. Mereka terkesan meremehkan caatan-catatan dosen pembimbing, tidak melakukan pengendapan, tidak melakukan perbaikan sesuai saran-saran. Nampak sekali mereka tidak cukup berusaha. Kalau sudah seperti itu, saya juga habis kesabaran. 

Saya akan tulis di berkasnya dengan tulisan besar-besar: "Baca, baca, baca! Atau saya menyerah untuk membimbing Anda, dan silakan Anda cari dosen pembimbing yang lain!"

Tentu saja saya tidak serius dengan ancaman saya. Namun sepanjang pengalaman saya, dalam kondisi tertentu, mahasiswa harus diancam. Hal itu kita maksudkan untuk shock therapy. Dosen pembimbing tahu, pada kondisi seperti apa shock therapy itu harus dilakukan.  

Tak disangka, ternyata cara itu cukup manjur untuk meningkatkan kinerja mahasiswa. Begitu ada ancaman supaya dia cari dosen pembimbing yang lain, dia keder, dan akan jauh lebih hati-hati dalam menulis TA atau skripsinya. Tidak serampangan, tidak asal-asalan. 

Tulisannya akan lebih cermat dan rapi. Kesalahan-kesalahan yang biasa dilakukannya, meski belum sepenuhnya hilang, sudah sangat berkurang. Dia juga terlihat berusaha untuk membaca lebih banyak referensi. Berusaha melakukan analisis dan sintesis, meski pada umunya, lebih banyak sekadar membuat kesimpulan dari berbagai pendapat para ahli atau dari berbgai teori yang . 

Tidak hanya dosen yang perlu kesabaran dalam membimbing, mahasiswa juga harus bersabar ketika dibimbing. Kesabaran itu akan mengantarkan pada hasil yang cemerlang. 

Tanggulangin, 6 April 2014

Wassalam,
LN

1 komentar

Anonim

Betul Prof. Saya setuju

Posting Komentar

Silakan tulis tanggapan Anda di sini, dan terima kasih atas atensi Anda...