Pages

Minggu, 07 April 2013

Ke Talaud Lagi (2): Bubur Tinutuan

Pagi di Menado. Gerimis, mendung, dingin. Hotel kami namanya hotel Quint, berada di jalan Wakeke. Di sepanjang jalan Wakeke, ada banyak resto yang menjual makanan khas Menado. Bubur tinutuan, jagung rebus, perkedel jagung, pisang goreng kipas, mie cakalang, dan lain-lainnya, lengkap dengan sambalnya: sambal roa, sambal biasa dan sambal bakasang. 

Sekitar pukul 7 WITA, begitu gerimis jeda, kami bergerak menuju ke seberang jalan di depan hotel. Berdiri di halaman sebuah resto. Saya sms pak Rektor: 'Bapak, kami ada di depan hotel'. Beliau langsung membalas, 'oke, saya segera menyusul.'

Pergi bersama pak Rektor,        rileks tanpa ribet. Sejak dari Juanda kemarin, beliau sudah mengambil banyak peran: portir, waiter, bahkan jukir. Bagasi kami sebenarnya tidak terlalu banyak, namun karena ada beberapa laptop titipan keluarga peserta SM-3T, juga sambal pecel dan kawan-kawannya, juga berkas-berkas;  sehingga kami tetap harus bagi-bagi tugas untuk angkut barang yang tidak bisa dibagasikan. Pak Rektor, tanpa sungkan-sungkan, menjadi koordinator barang-barang itu, mendorong troli penuh muatan ke bagian check-in, sementara kami masih mengurus yang lain. Semalam, ketika makan malam, pak Rektor juga yang tiba-tiba sudah membawa baki penuh gelas isi minuman pesanan kami, karena tidak 'sronto' nunggu pelayan. Begitu juga dengan nasi goreng dan lain-lain, beliau juga yang menjemputnya dari meja penyajian, kalau yang ini mungkin karena sudah tidak 'tahan lapar'. Hehe. Pulang dari tempat makan, karena tidak ada juru parkir sementara jalan padat, maka beliau juga yang paling belakang masuk mobil karena membantu pak Yoyok mengambil haluan. Oya, selama di Menado ini, kami 'dipegangi' satu mobil oleh saudara pak Yoyok, tapi disupiri sendiri oleh pak Yoyok. 

Pak Rektor turun berbusana T-shirt, bercelana lapangan dan bersandal jepit. Kami memasuki resto. Nama restonya 'Dego-Dego', entah apa artinya. Kami berwawancara dulu dengan pelayannya yang manis sebelum menentukan pilihan menu. Dua bubur tinutuan, satu porsi pisang goreng, satu porsi jagung rebus, satu porsi perkedel jagung (di Surabaya disebut dadar jagung), dengan minumannya teh manis dan jeruk manis. 

Bubur tinutuan. Saya sudah beberapa kali menikmati bubur berbahan dasar jagung dan sayuran ini. Tapi yang ini begitu spesial. Warna kuningnya asli warna jagung, dengan butiran-butiran jagung manis yang sebagian masih utuh, dan sayur-sayuran yang warna hijaunya segar. Kangkung, bayam dan daun gedi, adalah sayur-sayuran yang umumnya digunakan untuk membuat bubur khas Menado ini. Dua jenis sayuran yang pertama sudah sangat umum kita jumpai. Daun gedi, nah ini yang jarang kita jumpai di Jawa, bentuknya mirip daun pepaya, bergetah, rasanya netral. Dia memberi cita rasa yang 'berat' pada bubur tinutuan, sehingga membuat makanan itu semakin cocok sebagai makanan utama.

Semua menu itu kita nikmati bersama. Meskipun pesannya berdasarkan selera kami masing-masing, tapi kami sudah memperkirakan porsi yang pasti tidak kecil. Dua porsi bubur tinutuan tidak mampu kami habiskan. Tapi perkedel jagung habis tandas. Jagung rebus dan pisang goreng kipas masih ada sisanya, dan karena itu bukan 'sisa', kami membungkusnya untuk dibawa sebagai bekal perjalanan ke Talaud.

Menado masih gerimis. Mendung masih menggayut. Jalan-jalan basah. Pukul 10.30 nanti kami akan terbang bersama Wings Air. Semoga lancar perjalanan, lancar dalam menunaikan tugas.

Boarding time.... 

Menado, 8 April 2013

Wassalam,
LN

0 komentar

Posting Komentar

Silakan tulis tanggapan Anda di sini, dan terima kasih atas atensi Anda...