Pages

Selasa, 09 April 2013

Ke Talaud Lagi (4): Lagi, Disambut dengan Upacara Adat

Sebuah sekolah di kaki bukit nan indah...
Perjalanan monev kami mulai lagi. Start dari hotel Meysan di Beo, kami berangkat menyusur sisi timur. Waktu menunjukkan pukul 07.15 ketika kami mencapai Kecamatan Rainis, hanya sekitar 15 menit dari Beo. Hanya sekitar 15 menit itu juga kami menikmati jalan beraspal yang relatif mulus. Setelah itu jalan tetap beraspal, namun kondisinya yang rusak di mana-mana lagi-lagi membuat tubuh kami kembali terkocok-kocok di dalam mobil.

Di mobil kami ada pak Rektor, saya, bu Suzan, serta Dani yang mengemudikan mobil. Pak Yoyok bergabung di mobil satunya, bersama bu Trisakti dan pak Sulaiman. Bu Suzan adalah Kasi SD dan SMP Dinas Dikpora, hari ini perempuan cantik dan gesit itu bisa mendampingi kami untuk melakukan perjalanan monev. 

Kemarin, laut yang indah ada  di sisi kiri kami karena kami menyusur sisi barat Talaud. Hari ini, laut yang indah ada di sisi kanan kami. Kadang kilaunya tertutup oleh barisan pohon kelapa, pohon pisang dan hutan jati yang rapat. Meski semalaman hujan deras, bahkan sampai pukul 05.00 pagi tadi, nampaknya matahari yang pagi ini bersinar terang menjanjikan kecerahan. Mudah-mudahan benar-benar cerah sepanjang hari, karena ada beberapa penggal perjalanan yang tidak bisa kami tempuh dengan mobil, tapi dengan bersepeda motor. 

Di Kabupaten Kepulauan Talaud ada 115 SD, 40 SMP, 16 SMA/SMK, dan 91 TK. Tersebar di 19 kecamatan, yang terdiri dari 142 desa dan 12 kelurahan. Jumlah guru seluruhnya sekitar 2000 orang namun pada tahun ini akan segera berkurang sekitar 200 orang karena pensiun. Sebagian besar guru sudah memenuhi kualifikasi S1/D4, tidak lebih dari dua persen yang belum memenuhi. 

Sekolah yang pertama kali kami kunjungi adalah SMP Satap 1 Rainis. Ada dua peserta SM-3T yang ditugaskan di sekolah tersebut, Fatim dan Anis. Selain mereka berdua, ada juga Ririn, yang sebenarnya bertugas di SDN Inpres Pulutan. Namun karena rute ke Pulutan terlalu jauh dan sangat beda arah, maka Ririn merapat ke Rainis supaya kami bisa bertemu. Ketiga anak manis itu cerah-cerah wajahnya, lebih cantik dari saat pertama kami melihatnya dulu. Ketika kami menanyakan apa ada masalah yang mereka ingin sampaikan, dengan yakin mereka menjawab, 'tidak, ibu. Kami semua baik-baik saja di sini. Kami su krasan, su gemuk semua...'.

Agak lama juga kami berada di sekolah itu. Saya lebih banyak mendampingi pak Rektor berdialog dengan kepala sekolah, guru-guru dan peserta SM-3T. Pak Yoyok, bu Trisakti dan pak Sulaeman lebih banyak memanfaatkan waktu berdialog dengan para siswa, masuk ke kelas-kelas mereka, bercanda, bernyanyi-nyanyi. Saya sempat sebentar bergabung bersama mereka namun segera kembali ke ruang kepala sekolah menemani pak Rektor.

Sekitar pukul 08.45 kami melanjutkan perjalanan lagi setelah menikmati kue-kue sederhana khas Rainis, juga sepotong dua potong buah pepaya. Hanya sekitar lima belas menit kemudian kami sudah mencapai desa Tuabatu. Sebuah desa yang indah, dengan rumah-rumah sederhana yang pekarangannya penuh dengan tanaman, terutama pohon jeruk limau (di sini disebut 'bosa). Gereja-gereja adalah bangunan yang sangat menonjol di antara rumah-rumah yang bersih itu.

Kami tiba di SDK Sion Tuabatu pada sekitar pukul 09.30. Bertemu dengan dua peserta SM-3T yang manis-manis, Yuni dan Tetta. Dua makhluk mungil itu basah matanya ketika saya memeluknya. Mereka tidak ada masalah apa pun dengan sekolah, dengan masyarakat. Mereka hanya kangen pada rumah. Kangen pada ayah ibu, dengan saudara-saudara, teman-teman. Kangen makan masakan ibu. Kangen makan bakso. 

Setelah berdialog dengan ibu kepala sekolah dan guru-guru, kami menikmati hidangan yang sudah disiapkan. Meski perut kenyang, tapi pantang menolak. Herannya, meski perut kenyang, kami makan banyak juga: kupat, cakalang masak santan, ikan goreng bumbu, oseng kangkung campur indomie, kue cucur, kue mangkuk dan teh manis.

SMP 3 Rainis kami kunjungi setengah jam kemudian, dengan mengendarai motor, karena kami harus melanggar sungai dengan menaiki rakit. Enam motor tersebut milik para guru dan masyarakat setempat, pengendaranya juga mereka semua. Mobil kami parkir di SDK Sion. Di SMP 3 Rainis, kami bertemu Venta. Cowok ngganteng dari prodi Pendidikan Jasmani itu menyambut kami dengan senyum cerahnya. Baju olah raganya mengesankan dia sedang mengajar dan betapa dia menikmatinya.

TK-SDN Satap Binalang kami kunjungi pada pukul 10.45. Tentu saja dengan mengendarai sepeda motor. Juga menyeberang sungai dengan menaiki rakit. Rakitnya ditarik oleh dua orang tenaga manusia, bapak-bapak, dan hanya bisa mengangkut sebuah sepeda motor plus tiga orang sekali jalan. Lebih dari itu sudah overload. Sebenarnya waktu tempuhnya tidak lebih dari lima menit, namun karena rakit harus bolak-balik menjemput dan mengantar kami, maka waktu yang diperlukan lumayan juga. Sekitar tiga puluh menit. 

Peserta SM-3T yang bertugas di sekolah ini adalah Yogi Sumarsono, dari prodi PKn. Wajah manisnya nampak bahagia dan tidak menyimpan masalah. Kata kepala sekolah dan guru-guru, dia sangat rajin, tidak pernah membolos, dan sudah pernah masuk ke semua kelas. Kepala sekolah dan guru-guru berharap tahun depan tetap ada guru SM-3T yang ditugaskan di sekolah tersebut.

Selanjutnya kami mengunjungi SMPN 4 Rainis di Dapalan, setelah melewati pantai yang panjang dan beberapa kali harus turun karena pantai terpotong oleh aliran muara. Sepeda motor yang kami tumpangi juga beberapa kali oleng karena terjerembab oleh pasir pantai yang tebal. Perjalanan di pantai yang sesekali diselingi dengan perjalanan di antara kebun-kebun kelapa, dengan kondisi jalan yang banyak genangan air yang dalam, licin, becek, kami tempuh selama sekitar satu jam. Jembatan-jembatan kecil di atas sungai yang dibuat dari papan-papan pohon kelapa juga beberapa kali membuat hati kami was-was. Tahun lalu saya sudah pernah jatuh ke dalam salah satu jembatan itu dan 'nyemplung' ke sungai bersama sepeda motor dan pengendaranya.

Sebelum masuk SMP 4 Rainis, kami disambut dengan tarian adat. Sekelompok siswa SMP yang semuanya laki-laki, berbusana adat kuning gading,  menari dengan tombak dan iringan musik tambur yang rancak. Lebih dari seratus anak sekolah berseragam SD dan SMP berbaris memanjang, panjang sekali sampai ke pintu gerbang sekolah. Kami mengikuti pak Rektor berjalan di tengah barisan yang menyemut itu, menyapa mereka yang semuanya berwajah cerah dan menyungging senyum manis yang tulus. Di ujung barisan adalah pintu gerbang sekolah, dan para guru sudah berdiri berjajar untuk menyambut kami. Ada Kepala UPTD Kecamatan Dapalan juga yang sejak tadi menemani perjalanan kami, beberapa kepala sekolah di kecamatan Dapalan, dan juga masyarakat setempat.  

Ketika saya mendampingi pak Rektor beramah-tamah dengan kepala sekolah, di halaman sekolah ramai sekali. Para siswa menyanyi dipandu oleh seorang guru. Ada juga sesi pengambilan gambar saat seorang guru memberikan semacam testimoni tentang kesan dan harapan mereka pada keberadaan guru-guru SM-3T. Wah, ramai dan meriah sekali.

Setelah itu kami dibawa menuju ruang makan, memasuki sebuah ruang kelas besar. Di sini kami harus bilang 'wow' (andaikata bisa koprol, mungkin sambil koprol he he). Betapa tidak. Tak terbayangkan kami akan disambut dengan puluhan jenis hidangan yang sudah tertata di atas empat meja panjang. Belasan ibu berdiri di sepanjang sisi-sisi meja itu sambil mengibas-ngibaskan serbet, menjaga supaya makanan itu tidak dihinggapi lalat. Ada beberapa makanan pokok yang dihidangkan: nasi bungkus, kupat, nasi kuning, nasi beras ladang, ubi bentul, ubi kayu, ubi jalar dan sagu. Lauk nabatinya: oseng kangkung campur mie, sayur daun belinjo dan labu kuning, daun gedi, daun singkong, daun pakis, terong, yang hampir semuanya dimasak santan. Lauk hewaninya; belasan jenis ikan mulai dari yang kecil sampai yang besarnya selengan orang dewasa, yang dimasak menjadi bermacam-macam hidangan. Cakalang masak santan juga tidak ketinggalan, jenis hidangan ini memang sangat populer di Talaud dan di Menado. Hidangan dari ayam, telur dan tahu juga tidak ketinggalan. Ada lagi puding dan bolu serta buah pisang yang ranum-ranum. Kami yang terpana dengan semua makanan itu sibuk potret sana-sini sampai dipaksa-paksa para ibu supaya segera makan dan tidak sibuk memotet saja.

Saya jadi teringat tentang ketahanan pangan nasional. Setiap tahun saya terlibat dalam berbagai kegiatan sosialisasi dan pelatihan dalam upaya percepatan ketahanan pangan nasional, bersama Badan Ketahanan Pangan (BKP)  Provinsi dan BKP kabupaten/kota se-Jawa Timur. Salah satu tujuan sosialisasi ketahanan pangan adalah mengurangi ketergantungan masyarakat pada beras sebagai satu-satunya bahan makanan pokok. Sudah lebih dari dua dekade program pemerintah ini diluncurkan, namun keberhasilannya belum signifikan. Di Talaud ini, di ujung NKRI yang paling utara, masyarakat tidak hanya mengkonsumsi beras sebagai bahan makanan pokok. Berbagai macam umbi-umbian, juga pisang dan sagu, menjadi bagian tak terpisahkan dari menu sehari-hari mereka.  

Setelah acara makan-makan, kami pindah ke ruang kelas yang lain untuk mengikuti pertemuan dengan kepala UPTD, kepala sekolah, guru-guru dan juga para peserta SM-3T. Di antara acara sambutan dari rektor dan kepala sekolah, juga diselingi paduan suara. Untuk yang kedua kalinya sejak monev kemarin, kami menikmati lagu 'Kami Peduli' yang dinyanyikan siswa. Kami juga menikmati lagu yang berjudul 'Keliling Karakela' yang dinyanyikan oleh para peserta SM-3T. Lagu ini merupakan lagu khas Talaud, yang menceriterakan nama-nama desa di seluruh Kabupaten Kepulauan Talaud. Sony dan kawan-kawan menyanyikannya dengan cukup apik. Kata bapak kepala UPTD, anak-anak SM-3T itu sudah sangat mahir berbahasa Talaud dengan logat yang 'sangat Talaud'.

Kami pamit setelah sesi dialog khusus dengan peserta SM3T yang kami lakukan di mess tempat peserta tersebut tinggal. Hujan deras. Ya, ternyata matahari yang pagi tadi bersinar cerah tidak seperti dugaan kami ketika siang. Hujan turun sejak pukul 12.00, dan tak kunjung berhenti sampai akhirnya kami memutuskan pulang sambil berhujan-hujan. Semakin sore semakin repot nanti, mengingat jalan yang sangat licin dan banyak bagian-bagiannya yang membahayakan.

Karena tidak ada jas hujan, kami menutupi semua kepala kami dengan tas plastik yang dibelikan anak-anak di warung dekat sekolah. Tas plastik itu berwarna merah. Selain kepala, ransel dan tas-tas juga kami bungkus dengan tas kresek yang sama warnanya. Maka kami pun seperti mengenakan kostum yang aneh. Antara backpacker dan kura-kura ninja. Ha ha. Meski geli dengan busana perang kami, kami pamit pada kepala sekolah dan guru-guru dengan gagah berani.

Kami meninggalkan Dapalan pada sekitar 15.30. Di tengah gerimis yang awalnya rapat, namun tak berapa lama agak mereda. Alhamdulilah. Laut sedang pasang sehingga kami tidak bisa lagi melewati pantai seperti saat berangkat tadi. Sebagai gantinya adalah kami terus melewati kebun kelapa, menyelinap di antara pepohonan jangkung itu mengikuti jalan setapak, dengan kondisi jalan yang basah, penuh genangan, penuh lumpur, dan tentu saja sangat licin. Kondisi ini membuat perjalanan pulang menjadi jauh lebih berat dibanding berangkat tadi. Berkali-kali kami harus turun dari boncengan sepeda motor, berjalan beberapa meter, karena jalan yang kami lalui sangat membahayakan, penuh lumpur. Meski begitu, tidak ada satu pun dari kami yang mengeluh. Pak Rektor pun terkesan sangat menikmati perjalanan meski di bawah gerimis tipis dan senja beranjak turun.

Akhirnya kami sampai pada sungai terakhir. Kami menaiki rakit lagi. Air sungai yang keruh dan mengandung lumpur menggerakkan rakit yang kami tumpangi, dikendalikan oleh dua orang bapak. Meski menaiki rakit, sepatu dan celana bagian bawah kami basah kuyup dan tak mungkin menghindar karena rakit memang tidak sepenuhnya mengambang di atas air. Arus deras dari laut mengirimkan riak-riaknya sampai mencapai rakit dan sedikit menenggelamkannya.

Sore ini tuntas sudah tugas kami. Sebanyak 29 peserta SM-3T yang ditugaskan di Talaud sudah kami temui semua. Mereka dalam keadaan baik dan tetap bersemangat melanjutkan tugas pengabdiannya sampai saatnya nanti mereka harus ditarik dan masuk ke pendidikan profesi. Wajah-wajah optimis mereka membanggakan dan menenangkan kami.

Selamat bertugas, kawan, doa kami selalu menyertai....

Beo, Talaud, 9 April 2013

Wassalam,
LN

0 komentar

Posting Komentar

Silakan tulis tanggapan Anda di sini, dan terima kasih atas atensi Anda...